Bismillahirrahmanirrahim.
Setelah esai ini seri pertama yang berisi masalah-masalah pemasaran, sekarang waktunya saya tuliskan kesalahan-kesalahan umum pemasaran. Untuk membahas solusi, itu tersendiri pada esai berikutnya. Saya asumsikan Anda telah menerima bagaimana saja masalah-masalah umum pemasaran Linux. Maka insya Allah Anda akan mudah memahami esai kedua ini. Sebelum masuk ke mana-mana, saya utarakan dulu satu kutipan yang sangat cocok untuk pemasaran Linux.
People ignore design that ignores people. Terjemahan bebasnya orang acuh tak acuh dengan desain yang acuh tak acuh kepada orang. Atau, bisa diterjemahkan orang mengabaikan desain yang mengabaikan orang. Saya dapat gambar ini dari Google Plus grup desain beberapa hari lalu yang saat itu juga saya langsung simpan untuk esai serial ini. Anda yang jeli akan mudah menangkap maksud kutipan ini pada esai ini.
Kesalahan Umum Pemasaran 1
Menyombongkan diri di hadapan newbie/master. Sombong itu kriterianya dua saja: menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. Bagaimana bisa ini saya katakan kesalahan? Tentu karena sebab inilah calon pengguna Linux menjadi enggan menggunakan Linux. Ini contohnya.
- Menyatakan bahwa FOSS adalah yang paling baik, walau tidak dengan kata-kata. Bahkan saya temukan di Indonesia ini ada yang menyatakannya sebagai agama TI terbaik. Wal’iyyadzubillah.
- Merendahkan (dengan cara apa pun) newbie yang bertanya.
- Merendahkan pengguna Windows dengan menyatakan mereka adalah pemalas di hadapan newbie.
- Merendahkan newbie yang mengeluhkan kerusakan sistemnya karena dia tidak tahu, dengan alasan dasar bodoh atau dasar orang Indonesia atau dasar orang yang tidak membaca atau pernyataan yang senada.
- Menggugurkan kemanfaatan software selain FOSS (walaupun sama gratisnya) di hadapan newbie. Baik dengan cara mengolok-olok (FUD) kepada aplikasinya maupun orang yang menggunakannya atau membanggakan diri yang tidak memakai selain FOSS.
- Menantang para master baik dengan ucapan atau perbuatan di hadapan umum. Parahnya, ketika ditanya hal dasar dia tidak tahu. Aneh dan lucu banget, tetapi saya pernah menjumpai yang seperti ini. Yang melakukannya biasanya anak-anak kecil yang belum bisa menempatkan dirinya. Jelas-jelas salah.
Jika Anda masih juga penasaran mengapa bisa terjadi kesombongan di pemasaran, maka jawabannya sederhana saja: memang setiap orang yang memahami sistem itu keren. Sebagian orang tertarik untuk disebut keren dengan cara memahami sistem lalu mereka tampakkan di muka umum kalau mereka bisa. Ini lho saya bisa gini, ini lho saya bisa gitu. Padahal disimpan saja sudah cukup. Kalau ada orang yang butuh, di situ baru dikeluarkan seperlunya saja tanpa keinginan untuk dipuji. Sudah cukuplah.
Counter Attack
Sebenarnya sederhana sekali untuk membuktikan ini adalah kesombongan yakni melontarkan pertanyaan yang berlawanan.
- Apa niat Anda untuk menjawab/membantu setiap orang yang bertanya di forum? Kalau karena Allah, maka saya lanjutkan ke pertanyaan 2. Tetapi kalau bukan, apalagi kalau memang tujuan Anda menjawab pertanyaan di forum adalah pujian orang, agar Anda dilihat orang, agar Anda disukai orang, maka cukup sampai pertanyaan 1 ini saja.
- Kalau memang Anda melakukan itu karena Allah, di manakah letak kesulitan untuk memahami orang yang bertanya? Kalau jawaban Anda “ngapain mahami orang? Udah gak jaman, Gan!“, maka saya jawab “Lalu mengapa Anda menjawab pertanyaan di forum? Mengapa Anda tidak keluar saja dari forum?”. Kalau jawaban Anda “saya tidak menyadari dan tidak habis pikir mengapa ini salah” maka jawaban saya adalah “silakan baca dulu laman ini http://asysyariah.com/membantu-kebutuhan-seorang-muslim/, semoga Anda mendapatkan pahalanya yang besar apalagi sebentar lagi Ramadhan datang”.
- Kalau 2 poin di atas tidak masuk kepada pribadi Anda, maka saya tanyakan juga: “menurut Anda, adakah orang akan mau membeli suatu produk jika cara marketing-nya demikian?”. Jika jawaban Anda tidak, maka saya tidak melanjutkan. Namun jika jawabannya ya, maka bagaimana nurani dan akal sehat Anda bisa beranggapan demikian?
Kesalahan Umum Pemasaran 2
Kasar kepada newbie. Sebenarnya terlalu jelaslah bagi siapa saja yang punya akal. Sejelas matahari di siang bolong. Aneh sekali kalau ada orang bilang “hm, saya masih ragu” ketika ditanya “apakah matahari sedang bersinar terik sekarang? ” saat siang hari. Sama anehnya dengan orang yang meragukan bahwa ini kesalahan.
- Menghardik (dengan cara apa pun) newbie yang menanyakan soal apa nama driver yang terinstal di distro yang kita bikin. Marketing macam apa itu?
- Menyuruh googling untuk setiap newbie yang bertanya, dengan cara yang menyakitkan hati penanya. Sebenarnya perintah googling itu sendiri, sudah sangat tidak pantas untuk marketing. Bayangkan, andai Apple Genius (kalau nggak tahu, kebangetan) menyuruh googling untuk setiap pelanggan Apple yang datang kepada mereka. Sono gugling dulu, baru ke sini! Marketing macam apa itu? Kalaupun harus menyuruh googling, seharusnya bisa dengan cara yang sopan dan lemah lembut. Dan harus tahu siapa yang dihadapi. Misalnya orang kayak saya yang blognya isinya Linux semua, ya bolehlah disuruh googling sendiri karena memang sehari-harinya dengan Linux. Namun kalau disamaratakan untuk segala jenis penanya, segala jenis newbie, maka dzalim (tidak pada tempatnya) dan salah. Bayangkan saja seandainya ada seorang ustadz yang kebetulan bertanya di komunitas soal Linux, lalu dijawab: “kamu ini malas sekali, sih? Googling dulu sanah!“. Memangnya siapa kita? Sayangnya, yang seperti ini terus menerus terjadi. Makanya saya katakan seperti orang ditanya ini matahari sedang terik atau tidak. Saya terpaksa mengarahkan poin 2 ini kepada solusi (mestinya nanti dulu) karena urgent.
Counter Attack
Sama persis dengan Counter Attack pada Kesalahan Umum Pemasaran 1. Tambahan satu hal:
Kalau Anda katakan “lho, wajar dong, kami suruh googling? Kan support kami sudah gratis? Jangan bandingkan dengan dukungan teknis Apple atau Microsoft atau Red Hat yang berbayar!” atau yang senada dengannya, maka saya jawab “itulah sebab orang meninggalkan marketing Anda karena Anda tidak mau memahami mereka”. Satu jawaban lagi biar puas: “kalau Anda bilang gratis, kalau Anda bilang jangan bandingkan, maka mengapa Anda sanggah setiap newbie yang berpikir open source = gratis? Wong ujung-ujungnya Anda sendiri pas ditanya menjawab dengan kata gratis? Dan mengapa Anda membangga-banggakan FOSS Anda kalau ‘jangan bandingkan’?”.
Semoga tepat sasaran.
Kesalahan Pemasaran 3
Memberi solusi tidak pada tempatnya. Ini sering diremehkan. Harusnya, kalau memang ingin memasarkan, maka kita bisa memberikan solusi yang tepat sasaran (walaupun ada masalah yang tidak bisa diselesaikan di Linux). Dan ini mustahil tanpa memahami pengguna.
- Menyuruh gugling (dengan cara apa pun) untuk orang yang memang tidak bisa gugling. Lihat kondisi penanya. Kadang dia memang tidak bisa gugling. Entah karena tidak tahu kata kuncinya, pulsa, entah karena 0.facebook.com, DNS terblokir, dan kemungkinan lainnya. Orang yang belum paham Google, tidak bisa dipaksa. Harus diajari. Kalau mau menyuruh gugling itu lihat kondisi orangnya.
- Menganggap mudah instalasi modem USB di Linux. Ini sangat krusial karena kelemahan Linux itu sendiri yang berputar rekursif pada dirinya. Bayangkan. Linux mutlak butuh internet untuk instal dan update aplikasi. Namun untuk tersambung ke internet, pengguna wajib menginstal aplikasi modem. Sementara aplikasi modem itu sendiri tidak bisa diinstal kecuali ada internet. Mbulet, bukan? Sikap sebagian orang saat ditanya soal modem yang si penanya sendiri sudah mencobanya sampai berminggu-minggu, adalah memastikan bisa diinstal di Linux. Ini tidak sesuai dengan realitas yang dihadapi pengguna. Mengapa tidak jujur saja mengatakan modem ada 3 klasifikasi di Linux? Maka pantas kalau sikap meremehkan instalasi modem di Linux adalah salah dalam marketing. Kalau kita bersikap demikian, orang akan tertipu karena menganggap mudah eh ternyata susahnya luar biasa. Marketing tidak boleh ada unsur bohong. Maka dari itu muncullah blog ModemLinux untuk mengumpulkan daftar modem yang memang mudah (dan itu sedikit) dan mana yang memang susah (banyak).
Kesalahan Umum Pemasaran 4
Ketiadaan leadership. Inilah masalah terbesar yang seandainya solved, maka seluruh masalah sebelumnya dan yang saya tulis di esai pertama akan ikut solved. Segala sesuatu yang menyangkut hajat hidup orang banyak itu mutlak membutuhkan kepemimpinan yang terpusat. Sudah, tidak usah berdebat lagi. Kebaikan yang tidak dipimpin akan dikalahkan oleh kejahatan yang dipimpin dengan rapi. LIhat Android. Bagaimana bisa berhasil sampai dukungan vendor software-nya begitu? Bahkan sampai pengguna Windows semua suka Android (walau mereka tidak tahu Android = Linux)? Bahkan, semua developer berlomba-lomba untuk membuat aplikasi Android. Bahkan lagi, lihat vendor hardware di dunia. Mengarah ke Android tanpa perlu banyak struggle. Apakah jika hal yang sama terjadi pada Linux desktop (katakanlah Ubuntu), Anda senang? Jika iya, mengapa Anda masih belum mengakui perlunya leadership untuk distro Anda? Leadership adalah shortcut sempurna untuk memasarkan Linux.
Satu hal yang wajib saya ingatkan. Dalam pemasaran distro Linux di Indonesia, kita tidak boleh mencela pemerintah kita. Ingat hal ini: http://www.darussalaf.or.id/manhaj/hubungan-antara-rakyat-dan-pemerintah-dalam-pandangan-islam/. Leadership pemerintah adalah yang paling sempurna untuk memperbesar jumlah pengguna Linux di Indonesia, walau jumlah aplikasi Linux itu sedikit dan kualitasnya masih ada yang kalah. Benar, karena pemerintah punya kekuasaan, wibawa, dan dilihat orang. Namun kita tidak boleh mencela pemerintah (baik sendirian maupun di depan umum) karena mereka tidak melakukannya di Indonesia ini. Dan walau mereka menandatangani MOU dengan Microsoft.
Kesalahan Umum Pemasaran 5
Menganggap tidak ada masalah dengan Linux atau dengan HCI antara Linux dan pengguna. Inilah sebab utama yang melandasi terjadinya kesalahan-kesalahan di atas. Untuk bisa memasarkan Linux secara tepat, maka kita mesti tahu kalau ada kekurangan. Baik kekurangan di sisi pemasaran itu sendiri maupun di sisi teknis Linux-nya. Ini sama dengan Bugtrack/Bugzilla. Kalau sebuah software tidak diketahui bug-nya, maka tidak bisa diperbaiki/di-patch. Kalau sebuah marketing tidak diketahui kesalahannya, maka tidak akan bisa maju. Ini bug kita.
- “Anda hanya belum terbiasa saja!” Ini kesalahan (jika dikatakan pada seluruh jenis pengguna) karena yang namanya pengguna itu multiverse. Ada pengguna dari kalangan berpendidikan formal, ada yang tidak. Ada pengguna yang dari kalangan usia muda sampai usia tua. Ada pengguna yang dari kalangan korporat, ada yang dari kalangan rumahan. Ada pengguna yang jarang memegang komputer, ada yang tidak. Macam-macam. Dan yang namanya kebiasaan itu tidak bisa dipaksakan. Tidak mungkin seorang menteri negara kita minta untuk mempelajari Linux beserta konfigurasinya. Tidak mungkin juga bapak-bapak yang waktunya habis untuk bekerja di ladang kita minta untuk membiasakan diri dengan Linux. Harusnya kita bisa melihat kondisi pengguna dan berikan langsung jawaban pertanyaan dia. Intinya, mempelajari suatu sistem adalah bukan kerjaan semua orang melainkan orang-orang tertentu saja. Tidak bisa diglobalkan.
- Menyarankan untuk mempelajari sistem lebih mendalam pada semua pengguna. Ini jelas tidak pada tempatnya. Seorang penulis buku motivasi tentu tidak mau disibukkan dengan sistem komputer. Bagaimana kalau ada seribu orang macam itu bertanya dan semuanya dijawab dengan jawaban yang sama? Maka ini bug dalam pemasaran.
HCI adalah Human-Computer Interaction. Saya ambilkan definisi Wikipedia ID:
Interaksi manusia dan komputer (bahasa Inggris: human–computer interaction, HCI) adalah disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan komputer yang meliputi perancangan, evaluasi, dan implementasi antarmuka pengguna komputer agar mudah digunakan oleh manusia.
Perhatikan, agar mudah digunakan oleh manusia.
Kesalahan Umum Pemasaran 6
Tidak menerima feedback dari pengguna. Yang namanya pemasaran itu pasti punya target. Dan si target pasti memiliki persepsi terhadap pemasaran kita. Kita, dalam memasarkan, atau jujur-jujuranlah branding, pasti membutuhkan kontrol persepsi. Sedangkan kalau kita tidak bisa menghargai feedback dari pengguna kita, maka persepsi pengguna adalah buruk untuk pemasaran kita.
- Menolak setiap orang yang mengeluhkan kelemahan-kelemahan Linux (insya Allah akan datang esai khususnya). Bahkan menghardiknya (dengan cara apa pun). Mudahnya, kalau Anda tidak belajar di mana kelemahan Anda, bagaimana Anda bisa memperbaikinya?
- Memperumit (dengan cara apa pun) pengguna yang memberikan saran kepada distro yang kita buat atau kita pasarkan.
- Menganggap kritik terhadap Linux dari pengguna Linux sendiri adalah pesimisme. Kurang dalam wawasan kita kalau menganggap sebuah kritik dari pengguna Linux adalah pesimisme. Kritik itu penting untuk membangun suatu struktur yang kokoh. Andai kita sedang membangun rumah tapi miring. Sedangkan kita tidak sadar miringnya, lalu ada orang tahu miringnya dan dia mengkritik kita “Mas, bangunan sampean miring. Benerin, dong!”, bagaimana sikap kita? Ya berterima kasih, dong. Lain dengan sebagian orang yang marah atau sedih kalau Linux dikritik. Do not seek for praise, seek criticism.
- Membuat sistem feedback yang merepotkan pengguna. Nah, kalau ini, sudah mulai menjurus ke teknis. Lihatlah Bugzilla. Lihat juga milis developer Ubuntu. Bandingkan dengan blog Ubuntu Tweak. Mana kira-kira yang lebih mudah untuk pengguna menyampaikan keluhan/saran/kritik? Tentu jawabannya adalah blog. Entah mengapa developer suka sekali dengan yang namanya milis. Mengapa sih, untuk sekadar melakukan feature request di GIMP kita harus join milis developer-nya? Mengapa tidak dibuatkan satu blog saja yang khusus untuk pengguna melaporkan bug atau minta fitur baru? Buatlah sistem feedback yang ramah pengguna. Saya lebih senang dengan caranya developer IGOS Nusantara yang membebaskan feature request dari pengguna hanya dari fesbuk mereka. Wow, sangat dekat kepada pengguna apalagi di Indonesia. Jujur saja, meski tidak cocok dengan fesbuk, saya akui ini cara yang bagus. Mudah untuk pengguna, mudah juga untuk developer agar tahu mana yang perlu diperbaiki. Mengapa masih banyak developer yang kukuh dengan kerumitannya?
Paling jelek, kita semestinya menghargai feedback negatif dari pengguna. Jangan seperti sebagian developer yang marah kepada penggunanya yang melaporkan kesulitan di dalam penggunaan.
Garis Besar Esai Kedua
Kesalahan-kesalahan umum dalam pemasaran kita adalah:
- Sikap sombong atau pamer.
- Kasar.
- Solusi tidak pada tempatnya.
- Ketiadaan leadership.
- Menganggap tidak ada masalah HCI.
- Menolak feedback.
Penutup Esai Kedua
Sekiranya ini dulu. Mungkin kalau saya nemu lagi yang lain, saya akan tambahkan.