Saya memahami keinginan komunitas yang menginginkan kerapian yakni bersihnya forum dari pertanyaan yang berulang-ulang padahal pertanyaan itu sudah terjawab sebelumnya, dan siapa pun dapat langsung memperolehnya dari sedikit usaha mencari. Kalau saya, saya mau saja cari sampai berjam-jam baru tanya soalnya buat saya kegiatan mencari itu menyenangkan sekali. Namun yang tidak dapat saya pahami ketika saudara-saudara saya menghadapi awam, mereka -dengan segala hormat- malah menyuruh si awam itu untuk mencari sendiri. Saya heran dan tak dapat saya terima sampai hari ini. Kaidahnya sederhana: jika Anda ingin mencari pahala dari membantu saudara sendiri, mengapa Anda tidak memberitahunya langsung jawabannya demikian dan demikian? Jika Anda ingin pahala ilmu yang tak putus, mengapa harus ikut aturan forum jika memberitahunya tidak akan menjadikan Anda di-ban? Mengapa Anda malah menyuruh dia yang memang tidak tahu apa-apa dalam masalah ini mencarinya sendiri? Pahamilah kalau dia memang 100% tidak tahu, tidak pengalaman, tidak mengerti, sehingga dia percaya kepada Anda dan bertanya. Dia belum bisa mencari sendiri. Trustment, Man! Karena tidak tahu itulah dia bertanya, ingatlah. Percayalah padaku dia takkan bisa tanpa bantuanmu. Bantulah dia, lagipula hanya beberapa kata, beberapa byte, tidak sampai ukuran TB. Dan niatkanlah yang ikhlas agar Anda memperoleh pahala. Ingatlah kalau trustment (kepercayaan) itu penting sekali. Sudah dipercaya kok malah memberatkan? Orang akan lari darimu dan kamu juga takkan suka. Sungguh aneh kalau sampai kita menyia-nyiakan kesempatan emas mencari pahala dan bagi-bagi ilmu ketika ada orang tanya kepada kita. Itu kesempatan besar yang mungkin terakhir dalam hidup kita! Ini nasihat khusus saya untuk saudara-saudaraku yang aktif di komunitas.
Satu lagi. Sepertinya komunitas Linux pada umumnya perlu belajar dari kisah-kisah ulama Islam. Anda yang telah mengenal jenius luar biasa yang akhlaknya sangat mulia seperti Imam Syafi’i, bisakah membayangkan ketika ada seseorang tua renta baru masuk Islam bertanya kepada seorang ‘alim ulama “Wahai Imam, bagaimanakah cara wudhu?” lantas sang ‘alim menjawab “Wah, baca buku ini dulu, Pak.” atau “Wah usahamu mana, Pak? Baca buku dulu dong. Baru kalau mentok, tanya ke saya.”? Apa-apaan itu? Mustahil orang berilmu mengatakan kata-kata yang sangat tidak menyenangkan itu. Jika memang Anda tahu ilmunya, maka sampaikan. Kalau mustahil lewat muka, coba saja lewat e-mail atau private message. Mungkin tidak enak kalau saya beri contohnya ulama Islam begini, tetapi saya hanya ingin memberi contoh. Ya susah orang belajar Linux kalau akhlak komunitasnya kurang menyenangkan. Kalau Anda tahu, maka usahakanlah memberi tahu awam yang bertanya.
Yakinlah, jika dengan akhlak yang baik, akan banyak sekali awam yang mau menggunakan Linux. Dan Anda akan menambah teman. Justru mungkin bukan karena dia melihat keunggulan Linux, melainkan karena dia kagum dengan akhlak yang mulia. Siapa tidak senang? Jadilah manusia yang lembut kepada orang lain, entah apa pun sistem Anda. Dan jadilah pengguna Linux yang ramah senyum, jawablah yang bisa Anda jawab, mudah-mudahan banyak orang jadi mau mengambil manfaat Linux gara-gara kebaikan hati Anda. Percayalah, mudah!