Arsip Bulanan: Desember 2012

Dialog Antara Duta Besar Fedora Indonesia dengan Saya


Bismillahirrahmanirrahim.

Saya sangat bergembira. Dalam keadaan sepinya kanal IRC #fedora-id, tiba-tiba ada seorang warga masuk menyapa saya. Kala itu saya menggunakan Quassel IRC (mIRC-nya Linux) untuk mengobrol di kanal #ubuntu-indonesia. Sungguh, alangkah bergembiranya saya menemukan arifiauo (Arif Tri Waluyo) ini. Mengapa? Sungguh rasanya seperti mendapat jawaban nyata dari esai saya kemarin. Saya sangat bergembira. Sampai-sampai saya berharap semua pengayom komunitas kita nantinya akan seperti beliau ini. Ramah sekali! Luar biasa!  Ini sengaja saya pampang log percakapan kami berdua di sini agar kita bisa mengambil pelajaran. Semoga kita termasuk kaum yang mau mengambil pelajaran.

[21:02:12] –> Malsasa (~quassel@114.79.63.146) has joined #fedora-id

[21:02:13] * Topic for #fedora-id is “Komunitas Fedora Indonesia: http://id.fedoracommunity.org/ | Fedora Indonesian Team: http://tinyurl.com/cog8t75 | Jalur komunikasi lain: http://tinyurl.com/cyftehb”

[21:02:13] * Topic set by arifiauo!~arifiauo@182.7.195.123 on Min Des 16 03:51:53 2012

[21:02:16] *** Mode #fedora-id +cnt by rajaniemi.freenode.net

[21:02:16] * Channel #fedora-id created on Sel Jan 19 00:49:49 2010

[23:11:55] –> arifiauo (~arifiauo@182.2.101.109) has joined #fedora-id

[23:12:05] <arifiauo> Hai

[23:13:57] <arifiauo> Malsasa, sentabi ..

[23:14:13] <Malsasa> Hai juga, Kang arifiauo :)

[23:14:23] <Malsasa> Saya senang ada yang aktif di kanal ini :)

[23:17:22] <arifiauo> Ini saya baru masuk :)

[23:17:47] <arifiauo> Sejak jam berapa ada di channel ini?

[23:19:02] <Malsasa> Waduh…

[23:19:05] <Malsasa> jam berapa, ya?

[23:19:34] <Malsasa> Saya lupa, Kang.

[23:19:42] <Malsasa> Jam 8 malam ini, barangkali.

[23:19:48] <Malsasa> Di sini sepi sekali.

[23:20:05] <Malsasa> Akang tahu kanal yang rame selain ubuntu-indonesia? Yang bahasa kita tentunya :)

[23:23:10] <arifiauo> Saya kurang tahu :), saya seringnya hanya disini.

[23:23:39] <arifiauo> Iya, disini sepi. Ramainya kalau ada meeting saja.

[23:32:47] <Malsasa> Oh gitu ya, Kang? Kapan ada meeting lagi? Saya ingin dengar pengguna Fedora ngobrol.

[23:32:56] <Malsasa> Waah, bisa tahu pengalaman akang akang sini

[23:33:06] <Malsasa> adalah sebuah kebahagiaan tersendiri buat saya

[23:33:19] <Malsasa> Kenalkan, saya pengguna Linux baru, Kang…

[23:33:31] <Malsasa> ;)

[23:34:12] <arifiauo> Salam kenal juga :)

[23:34:12] <arifiauo> .fas arifiauo

[23:34:12] <zodbot> arifiauo: arifiauo ‘Arif Tri Waluyo’ <arifiauo@gmail.com>

[23:34:44] <arifiauo> Sekarang pakai distro apa?

[23:34:47] <Malsasa> Waaaah, kok bisa gitu ya, Kang?

[23:34:52] <Malsasa> .fas itu perintah, ya?

[23:34:59] <Malsasa> Itu kok bisa begitu?

[23:35:05] <Malsasa> zodbot itu siapa?

[23:35:11] <zodbot> Malsasa: ‘itu perintah, ya?’ Not Found!

[23:35:36] <Malsasa> Eeehh… keluar apa ini?

[23:35:52] <Malsasa> arifiauo: saya sekarang pakai Ubuntu 12.04, Kang.

[23:36:14] <arifiauo> Ini channel memang resmi dari Fedora Project untuk komunitas Fedora Indonesia

[23:36:22] <Malsasa> Saya tertarik pada semua komunitas Linux. Saya senang kirim ide :)

[23:36:35] <arifiauo> yang dimaksud fas itu, Fedora Account System

[23:36:38] <Malsasa> arifiauo: hm, hm,

[23:36:45] <Malsasa> Apa lagi ya itu, Kang?

[23:36:57] <Malsasa> Itu semacam Gmail, begitu?

[23:37:08] <arifiauo> Jadi kalau sudah punya akun di Fedora, untuk saling mengenal biasanya dengan perintah itu :)

[23:38:04] <arifiauo> Bukan, itu semacam akun untuk pengembang Fedora :)

[23:38:37] <Malsasa> Oh, jadi akang ini developer Fedora?

[23:39:54] <arifiauo> Iya :)

[23:40:05] <Malsasa> Waaaah, senangnya…

[23:40:16] <Malsasa> Senang sekali ya kang, kalau bisa jadi developer?

[23:40:24] <Malsasa> Akang developer pada bagian apanya Fedora?

[23:40:48] <arifiauo> Bagus dong, kirim ide juga ke Fedora Project?

[23:41:06] <Malsasa> Oh, boleh?

[23:42:03] <arifiauo> .fasinfo arifiauo

[23:42:03] <zodbot> arifiauo: User: arifiauo, Name: Arif Tri Waluyo, email: arifiauo@gmail.com, Creation: 2010-10-29, IRC Nick: arifiauo, Timezone: Asia/Jakarta, Locale: en, GPG key ID: 2ABEFD88, Status: active

[23:42:03] <zodbot> arifiauo: Approved Groups: proventesters cla_fedora cla_done ambassadors triagers fedorabugs cla_fpca cvsl10n

[23:42:12] <arifiauo> Itu untuk lebih detailnya :)

[23:42:21] <arifiauo> Boleh, kenapa tidak? :)

[23:43:03] <arifiauo> Jadi saya bagian Proventester, Ambassadors, Triagers, FedoraBugs :)

[23:43:11] <Malsasa> Waduh, saya mana mengerti kode begitu. Itu bagaimana untuk bisa sumbit ide?

[23:43:25] <Malsasa> Proventester? Itu apa lagi?

[23:43:34] <Malsasa> Oh, khusus debugging?

[23:44:09] <Malsasa> Wah, Ambassador? Jabatan akang tinggi juga.

[23:44:48] <arifiauo> Proventester itu bagian yang mem-verifikasi bahwa suatu paket sudah siap untuk dipublish secara umum.

[23:45:18] <Malsasa> oh, keren…

[23:45:35] <Malsasa> Berarti kerjaan akang berat banget, ya? Kan paket fedora banyak banget?

[23:46:11] <arifiauo> Ambassadors itu orang yang tugasnya me-represent Fedora kapada masyarakat umum :)

[23:46:36] <Malsasa> Waaah, nambah-nambah kerjaannya. Saya merasa beruntung bisa berbicara.

[23:46:53] <arifiauo> Gak ada yang berat, kan kita ada di dunia opensource :)

[23:47:00] <Malsasa> Gimana cara saya submit ide? Bisakah seandainya saya bicarakan dulu ide saya kepada akang?

[23:47:06] <Malsasa> arifiauo: saya paham :)

[23:48:07] <arifiauo> Bisa :)

[23:49:39] <Malsasa> Oke. Apakah tidak ada sebelum ini, ide untuk membuat universal installer untuk modem-modem yang bisa diinstal di Linux? Yah, daripada pengguna akhir harus susah-susah pakai wvdial, harus oprek modul, harus macam-macam, Kang? Andai ada aplikasi kayak gitu (bash based juga gak papa), saya yakin akan sangat membantu ;)

[23:50:07] <Malsasa> Cotoh modem, Smartfren AC682. CE682. CE782. EC1261-2.

[23:50:27] <Malsasa> Namun kalau mustahil, bisa ditunda dulu :) Kan baru ide?

[23:51:15] <Malsasa> Sumber ide: berkas shell script dalam smarpret..tar.gz yang saya temukan dari googling.

[23:52:52] <arifiauo> bisa kasih link?

[23:53:47] <arifiauo> Modem EC1261-2 itu sudah otomatis terdeteksi di Fedora 16 dan Fedora 17. Karena saya punya modemnya. kalau yang lain saya kurang tahu :)

[23:55:50] <arifiauo> Salah satu masalah yang dihadapi berhubungan modem yaitu modem jaman sekarang menggabungkan installer drivernya pada penyimpanan modem itu sendiri.

[23:56:02] <Malsasa> arifiauo: sama, Kang. Ini EC1261-2 memang seperti yang akang katakan, jalan tanpa konfigurasi di mesin ini. Ini ngenetnya pakai modem itu :)

[23:56:12] <Malsasa> arifiauo: siap, sebentar saya carikan.

[23:56:16] <arifiauo> Tidak dipisahkan dalam bentuk CD.

[23:56:47] <Malsasa> Saya paham. Itu ZeroCD.

[23:56:51] <Malsasa> Itulah masalahnya.

[23:57:48] <arifiauo> Jadi modem yang belum dikenali oleh distro linux, cenderung terdeteksi sebagai media penyimpanan, bukan sebagai modem.

[23:57:56] <Malsasa> Kan sudah beberapa kawan kita bikin shell script untuk modem tertentu, yang beneran berhasil saya coba sendiri mengoneksikan CE682 di 12.04 ini, tanpa perlu saya lsusb dan usbserial :) tomatis. Meski, ya, saya harus buka terminal, tapi yang penting konek :)

[23:58:09] <arifiauo> Ini saya menggunakan smartphone android :)

[23:59:32] <Malsasa> http://antonsurot0.wordpress.com/2012/08/07/install-modem-smartfren-ce682-di-ubuntu-12-04/

[23:59:39] <Malsasa> Itu sumber smarpret saya.

[23:59:57] <arifiauo> Mungkin nanti bisa saya usulkan untuk dibuat paket di Fedora, selama tidak menyalahi peraturan. Karena Fedora Project sangat ketat mengenai hal itu. :)

[00:00:00] – {Day changed to Sab Des 29 00:00:00 2012}

[00:00:00] <Malsasa> arifiauo: akang beruntung ngenet pakai smartphone Andrid :)

[00:00:40] <Malsasa> arifiauo: saya yakin tidak akan menyalahi, karena tim fedora pasti bisa membuatnya sendiri. Akan sangat berguna untuk kami, orang-orang awam.

[00:00:49] <Malsasa> arifiauo: tapi saya sangat gembira:

[00:01:01] <Malsasa> Kutip: “Mungkin nanti bisa saya usulkan untuk dibuat paket di Fedora”

[00:01:29] <Malsasa> Alangkah riuh kalangan awam kalau tahu ada ambassador yang demikian peduli. Sampai diusulkan ke tim fedora ;)

[00:01:57] <Malsasa> Meski saya tak menggunakan Fedora, saya sangat menghargainya. Terima kasih banyak, Ambassador Arif Tri Waluyo…

[00:05:24] <arifiauo> Sama-sama :) Terima kasih juga untuk idenya :)

[00:19:02] <arifiauo> Untuk Ubuntu 12.04 jika tidak menggunakan script itu tidak bisa menggunakan Modem Smartfren CE682?

[00:26:55] <arifiauo> Malsasa

[00:27:49] <Malsasa> arifiauo: tetap bisa, cuma, untuk pengguna awam kayak saya ini, lebih ringkas kalau pakai skrip itu. Kan lebih sederhana? Kalau Fedora punya aplikasi GUI yang bisa melakukan itu, akan sangat menarik ;)

[00:29:13] <arifiauo> Tanpa script itu sudah bisa secara default?

[00:36:31] <arifiauo> Malsasa, setelah saya cek, seharusnya modem AC682, CE682, CE782, EC1261-2 sudah terdeteksi secara otomatis di Fedora karena semua konfigurasi untuk modem-modem tersebut sudah dibuat. Kita tinggal memasukkan username dan password saat pertama kali menggunakannya. Setelah itu cuma tinggal klik conect saja.

[00:37:04] <Malsasa> Alhamdulillah, jika benar demikian, pengguna akan merasa sangat terbantu dengan memakai Fedora.

[00:37:46] <Malsasa> Karena AC682 adalah modem yang sangat populer saat ini di kalangan Windowsian Indonesia. Sangat menggembirakan kalau mereka mau melirik Fedora lalu tangkas mengoneksikan modemnya :)

[00:37:59] <Malsasa> Begitu juga dengan CE, CE, dan EC.

[00:38:26] <Malsasa> arifiauo: terima kasih, Kang. Tapi kalau aplikasi universal installer-nya beneran dibikin, saya akan segera menyambutnya. Insya Allah.

[00:38:28] <Malsasa> ;)

[00:40:17] <arifiauo> Ya, jika Malsasa punya modem-modem tersebut. Tentu bisa mencobanya apakah benar itu bisa terdeteksi secara otomatis oleh Fedora. :)

[00:40:54] <Malsasa> Untuk Haier dan ZTE, sam sekali saya tak mengkhawatirkannya di Linux. Karena secara global, pasti bisa (meski dengan konfigurasi).

[00:41:12] <Malsasa> Yang saya khawatirkan, kalau pengguna Fedora punya Prolink P2000 dan yang semisal.

[00:41:20] <Malsasa> Kalau punya Windows dalam 1 mesin, tak apa.

[00:41:41] <Malsasa> Tapi kalau tidak, selamanya itu modem bakal tidak bisa dikonfigurasikan di Linux.

[00:42:36] <Malsasa> Di sisi saya kini ada EC1261-2 dan CE782. Belum saya jajal di Fedora. Saya hanya punya Ubuntu di mesin ini ;)

[00:45:16] <arifiauo> Prolink P2000 bisa kok di Fedora :)

[00:45:59] <arifiauo> Coba saja dengan Live Media, tidak perlu install di hardisk. Hanya perlu usbdisk :)

[00:46:25] <arifiauo> Jadi ubuntunya masih utuh. :)

[00:47:47] <arifiauo> Fedora yang saya maksud disini adalah Fedora yang masih dalam masa dukungan. Untuk saat ini Fedora 16 dan Fedora 17.

[00:50:18] <arifiauo> Tapi kalau mau menggunakan live media untuk mencobanya. Silahkan gunakan live media berikut http://tinyurl.com/live-respins

[00:52:34] <Malsasa> Benar?

[00:52:57] <Malsasa> P2000 itu tidak akan berganti product|vendor kecuali sudah di-flush dulu di Windows.

[00:53:02] <Malsasa> Saya tidak punya Windows.

[00:53:11] <Malsasa> Akang sudah pernah coba?

[00:53:20] <Malsasa> Kalau saya, sudah final: mustahil :)

[00:55:25] <arifiauo> Saya belum mencoba langsung, hanya berdasarkan konfigurasi yang saya lihat di paket Fedora modem-modem tersebut sudah disupport. :)

[00:55:42] <arifiauo> Lagipula saya tidak punya hardware yang bersangkutan. :)

[01:03:51] <Malsasa> Saya punya dan saya sudah mencoba hingga tahap copot salah satu modul kernel. Hasilnya gagal, Kang. Memang secara teoritis sudah termaktub di support list usbserial, bahwa si P2000 ini bisa. Masalahnya, bisanya P2000 ini hanya terjadi setelah di-flush di Windows pada mesin yang sama. Harus pada mesin yang sama. Sudah saya buktikan ;) Jadi, minimal kudu ada daftar modem yang support Linux dan yang tidak. Hanya sebatas ide kok, Kang.

[01:03:52] <Malsasa> :)

[01:04:46] <Malsasa> Sampai detik ini, akang menjawab orang bodoh seperti saya dengan sangat ramah. Akang telah menjawab apa yang saya harapkan dari seorang ‘pengayom’ komunitas.

[01:05:18] <Malsasa> Andai semua orang forum kita seperti Anda dalam meladeni user baru macam saya, akan sangat banyak Windowsian tertarik menggunakan Linux. Saya sangat yakin.

[01:06:04] <Malsasa> Saya sampai berharap kalau besok-besok main ke sini lagi, saya bisa berbicara lagi dengan Anda. Semoga Anda tidak merasa sia-sia bicara dengan saya…

[01:07:24] <arifiauo> Saya punya prinsip, saya tidak pernah memandang rendah seseorang karena saya yakin kita masih punya kekurangan. Ada sesuatu yang saya tahu dan mas e tidak tahu, adapula sesuatu yang mas e tahu tapi saya tidak tahu.

[01:08:10] <arifiauo> Intinya mari kita belajar bersama :)

[01:08:51] <Malsasa> Tahukah Anda, hilangnya orang seperti Anda inilah yang membuat saya menulis sebuah esai permohonan? ;)

[01:09:33] <Malsasa> arifiauo: prinsip Anda ini yang tampaknya hilang pada segelintir orang forum open source Indonesia, yang saya kira sangat mengecewakan

[01:10:00] <Malsasa> saya khawatirkan itu akan membuat lari Windowsian awam yang baru belajar Linux

[01:10:09] <arifiauo> Maaf, saya belum tahu mengenai esai itu :)

[01:10:11] <Malsasa> dan tampaknya sudah terjadi betul apa yang saya khawatirkan

[01:10:36] <Malsasa> arifiauo: tak apa, saya pun tak memaksakan akang membacanya. Judulnya Permohonan Saya Untuk Komunitas Linux Indonesia.

[01:11:04] <arifiauo> Saya dulu juga pengguna Ubuntu loh :)

[01:11:10] <Malsasa> Saya sangat berharap, para pengayom forum kita masa depan, akan mewarisi apa yang ada pada Anda hari ini dalam membantu saya.

[01:11:26] <Malsasa> arifiauo: saya juga pernah jadi pengguna Fedora ;)

[01:11:42] <arifiauo> Mungkin Malsasa sedikit berlebihan dalam menilai saya :)

[01:12:28] <Malsasa> Oh tidak, sama sekali tidak. Coba Anda baca lagi bagaimana Kosasih Iskandarsjah mengayomi user yang ingin belajar TI tapi tak punya komputer, coba akang telusuri lagi sejarah Onno Widodo Purbo…

[01:12:44] <arifiauo> Terus terang saya tertarik dengan Fedora karena komunitasnya :)

[01:12:55] <Malsasa> dan jika akang suatu saat tak sengaja membaca esai saya itu, akang akan tahu saya tidak berlebihan.

[01:13:02] <Malsasa> Saya sengaja cari orang sepertimu!

[01:13:25] <Malsasa> arifiauo: bisa sedikit ceritakan, bagaimana sih komunitas Fedora yang bikin akang tertarik itu?

[01:14:44] <arifiauo> Saya ceritakan dari awal saja ya..

[01:15:07] <arifiauo> Saya sebenarnya iseng saja saat mencoba linux

[01:15:24] <Malsasa> Silakan, senang hati saya dengar cerita Anda.

[01:16:05] <arifiauo> Karena seringnya install ulang windows, jadi muncul pertanyaan. Adakah os selain windows?

[01:16:24] <arifiauo> Terus saya putuskan mencoba ubuntu

[01:16:50] -*- Malsasa menyimak

[01:16:53] <arifiauo> karena menurut review, itu yang paling mudah digunakan untuk pemula

[01:18:04] <arifiauo> dan juga saat itu tidak ada satupun teman sedesa/kampus dan semua teman yang saya kenal yang menggunakan linux

[01:18:24] <arifiauo> jadi saya pilih amannya dulu :)

[01:19:13] <arifiauo> setelah berhasil install ubuntu, seminggu kemudian saya hilangkan windows dari hardisk saya.

[01:19:28] <arifiauo> lagipula itu windows bajakan :D

[01:20:07] -*- Malsasa masih menyimak

[01:20:49] <arifiauo> hal yang membuat saya berani untuk meninggalkan windows adalah beberapa keunggulan linux itu sendiri

[01:21:08] <arifiauo> mungkin Malsasa sudah tahu itu apa saja :)

[01:21:48] <Malsasa> Halal? Open source? Gratis? Legal? Bebas? Stabil? Robust?

[01:22:01] <Malsasa> All around platforms?

[01:22:46] <Malsasa> Atau ada faktor lain?

[01:22:54] <Malsasa> Tanpa virus?

[01:22:59] <Malsasa> Sekuriti?

[01:23:44] <Malsasa> Jatuh hati pada komunitasnya?

[01:23:50] <arifiauo> Menurut saya hanya satu kata “simple”

[01:24:11] <Malsasa> Oke. Mengapa tidak Mac OS X?

[01:25:16] <arifiauo> Mac OS X menurut saya OS yang egois :)

[01:25:56] <Malsasa> Oke. Anda benar-benar ‘simple’. Saya sampai hari ini susah jadi orang yang ‘simple’. Saya iri dengan orang yang ‘simple’.

[01:26:08] <arifiauo> Itu sama saja mengekang saya untuk berbagi, membantu satu sama lain :)

[01:26:30] <Malsasa> Berarti benar-benar back to basic, back to the root…

[01:26:33] <arifiauo> saya lanjut dulu

[01:26:40] <Malsasa> Silakan.

[01:26:45] -*- Malsasa menyimak kembali

[01:27:35] <arifiauo> setelah lama memakai, saya ingin software seperti ini akan terus ada

[01:27:59] <arifiauo> jadi saya mulai berfikir untuk berkontribusi

[01:29:14] <arifiauo> Sebuah software opensource bisa kita pakai secara gratis, bebas kalau bukan dari kebaikan para pengembang itu adalah hal yang mustahil

[01:29:54] <arifiauo> Saya kunjungi forum-forum online opensource Indonesia

[01:31:03] <arifiauo> Tapi kebanyakan sepi. Jadi pertanyaan saya baru ada yang menanggapi satu bulan kemudian.

[01:32:28] <arifiauo> Apa boleh buat, saya putuskan ke forum internasionalnya..

[01:33:36] <arifiauo> Eh kebetulan pada saat itu saya ada problem mengenai linux yang belum terpecahkan

[01:34:35] <arifiauo> Saya tanya di Forum kurang ada yang memperhatikan,

[01:35:06] <arifiauo> trus saya lari ke IRC ubuntu

[01:35:13] -*- Malsasa tetap menyimak

[01:35:17] <arifiauo> disana pertanyaan saya tidak ada yang jawab

[01:35:23] <arifiauo> Saya mulai putus asa, kemana lagi saya minta bantuan

[01:37:42] <arifiauo> Dari situ saya mulai kepikiran ganti distro yang komunitasnya lebih aktif

[01:37:53] -*- Malsasa : kemudian?

[01:38:27] <arifiauo> Sebelumnya minta maaf, ini saya menceritakan kisah saya

[01:38:27] <arifiauo> bukan bermaksud untuk menjelekan komunitas ubuntu atau yang lainnnya

[01:38:27] <arifiauo> Saya tidak tahu kondisi komunitas ubuntu sekarang :)

[01:38:55] <arifiauo> Saya lanjut..

[01:39:00] <arifiauo> Dari debian based, saya mencoba RedHat based..

[01:39:00] <arifiauo> Saya mencoba Fedora

[01:39:08] <Malsasa> Lho, saya malah senang sekali kalau akang bisa tunjukkan komunita yang ramai kepada saya. Saya tidak fanatik komunitas tertentu.

[01:40:09] <arifiauo> Di Fedora semua kendala saya dipecahkan oleh kontributor lain yang dengan senang hati mereka menjelaskan..

[01:41:00] <arifiauo> Kemudian saya mulai tertarik mempelajari semua mengenai Fedora

[01:41:41] <arifiauo> Dan ternyata Fedora Project mempunyai dokumentasi yang sangat lengkap

[01:42:19] <arifiauo> Awalnya saya mau kembali ke Ubuntu

[01:42:40] <arifiauo> karena Fedora saya rasa lebih sulit. Tapi karena adanya dokumentasi tadi. Saya bisa mempelajarinya.

[01:43:04] <arifiauo> Kemudian saya malah tambah suka dengan Fedora

[01:43:36] <arifiauo> Terus semua keputusan didasarkan pada komunitas

[01:43:46] <arifiauo> bukan keputusan mutlak seseorang

[01:44:31] <arifiauo> Jadi walaupun hanya codename rilis Fedora, itu juga dilakukan voting

[01:45:24] <arifiauo> Jadi peran komunitas adalah inti dari Fedora Project selama ini

[01:45:54] <arifiauo> Kemudian saya mulai bergabung menjadi kontributor Fedora

[01:46:25] <arifiauo> Setiap kontributor baru, tidak langsung terjun/mempelajari apapun sendiri

[01:46:51] <arifiauo> Ada kontributor yang bersedia menjadi mentor anda.

[01:47:13] -*- Malsasa menyimak terus

[01:47:35] <arifiauo> Semua pertanyaan bisa anda ajukan jika mengalami masalah pada bidang yang anda ambil

[01:48:28] <Malsasa> Saya ingin tanya.

[01:48:47] <arifiauo> Setelah lulus mentoring, baru saya resmi menjadi kontributor dan berperan aktif dalam setiap rilis Fedora

[01:48:47] <arifiauo> silahkan

[01:49:47] <Malsasa> Adakah yang seperti Launchpad di Fedora? Tempat saya bisa melakukan terjemah .po secara daring?

[01:50:48] <arifiauo> Tentu saja ada

[01:51:35] <Malsasa> Alamatnya apa, Kang?

[01:52:15] <arifiauo> Jadi translator kan?

[01:52:15] <arifiauo> https://fedoraproject.org/wiki/L10N

[01:52:35] <Malsasa> Kalau untuk yang seperti PPA?

[01:53:42] <arifiauo> Kalau di Fedora hal itu tidak ada

[01:53:47] <Malsasa> Oke.

[01:54:01] <Malsasa> Akang masih mau lanjutkan? Saya masih sedia menyimak.

[01:54:17] <arifiauo> Karena Fedora Project punya prinsip 100% free

[01:55:00] <Malsasa> PPA itu apa tidak 100% free?

[01:56:32] <arifiauo> 100% free disini maksudnya https://fedoraproject.org/wiki/Licensing:Main?rd=Licensing

[01:57:39] <arifiauo> Jadi yang bertentangan dengan itu, hanya akan disediakan oleh repository pihak ketiga

[01:57:43] <Malsasa> Saya tidak mengerti masalah lisensi sama sekali. Namun, terima kasih banyak.

[01:57:57] <arifiauo> Tidak akan disediakan oleh Fedora Project

[01:58:05] <Malsasa> Saya ingin memberi komentar.

[01:58:14] <arifiauo> Silahkan

[02:00:12] <Malsasa> 1 – Pengalaman Anda, sungguh mirip dengan apa yang saya alami. Kecuali bagian menghapus Windows. Saya tidak seberani itu. Masih butuh waktu beberapa lama untuk melakukannya. Saya salut Anda melakukan hal yang tepat menghapus bajakan.

[02:00:50] <Malsasa> 2 – Keputusan-keputusan Anda yang berani. Saya sudah lama mencari teman yang seperti ini.

[02:01:31] <Malsasa> 3 – Apa yang Anda rasakan selama tidak dijawab di forum-forum tertentu, mengingatkan saya apa yang saya tulis di esai ;)

[02:02:35] <Malsasa> 4 – Saya belum pernah tahu apa-apa yang terjadi di komunitas Fedora. Saat ini, saya merasa sangat gembira. Ternyata menyenangkan sekali! Anda benar, ” Fedora Project mempunyai dokumentasi yang sangat lengkap”. Ini saya barusan buka link dari Anda. Dan memang demikian adanya.

[02:03:21] <Malsasa> 5 – Pernyataan Anda: “Tapi karena adanya dokumentasi tadi. Saya bisa mempelajarinya.” ini khas otodidak. Sudah lama saya menanti bicara dengan orang seperti Anda.

[02:04:14] <Malsasa> 6 – Pernyataan Anda: “Di Fedora semua kendala saya dipecahkan oleh kontributor lain yang dengan senang hati mereka menjelaskan..” adalah yang saya cari dalam esai itu…

[02:05:01] <Malsasa> 7 – Ada sistem mentoring untuk kontributor yang baru gabung. Menyenangkan sekali. Baru ini saya dengar ada yang seperti ini di komunitas.

[02:06:33] <Malsasa> 8 – Dan yang terakhir, bahasa yang akang gunakan. Ini saya nilai sungguh sangat sopan dan beradab. Mengapa? Karena meski saya ini orang awam, akang tidak menggunakan bahasa singkatan-singkatan ala sms yang menurut bahasa etika, sangat tidak sopan jika dipakai bicara kepada orang lain. Saya sangat menghargainya. Maaf, saya sangat sensitif masalah bahasa.

[02:06:46] <Malsasa> Sudah, hanya itu komentar saya.

[02:07:52] <arifiauo> Terima kasih komentarnya, jangan lupa kritik dan saran juga saya nantikan :)

[02:08:54] <arifiauo> Selain komunitas, saya sekarang sudah mengetahui beberapa hal yang membuat saya sulit berpaling dari Fedora :)

[02:09:31] <arifiauo> Mungkin sampai disitu saja ceritanya. Jika ada yang terlewatkan, Silahkan ditanyakan..

[02:10:05] <Malsasa> Apa, apa yang membuat akang sulit berpaling? Katakan. Saya juga mau.

[02:11:33] <arifiauo> Di Fedora ada Presto http://fedoraproject.org/wiki/Features/Presto

[02:12:06] <arifiauo> Sehingga ini sangat membantu bagi yang koneksinya agak lemot :)

[02:12:52] <arifiauo> Manajemen paket yang mudah dan kaya fitur

[02:13:18] <Malsasa> Langsung saya buka.

[02:13:27] <arifiauo> seperti penyelesaian dependensi

[02:13:36] <arifiauo> fitur undo

[02:13:57] <Malsasa> Ini semisal Synaptic, ya?

[02:14:12] <Malsasa> Akang bisa kasih brief introduction kepada saya?

[02:14:49] <arifiauo> Mengenai?

[02:15:23] <Malsasa> Presto ini. Kasarannya bagaimana?

[02:15:38] <arifiauo> ok

[02:17:47] <arifiauo> Jika kita sudah me-nginstal sebuah paket dengan besar 25Mb. Kemudian ada update terbaru dari paket tersebut yang besarnya menjadi 27Mb. Dengan presto kita tidak harus mendownload secara keseluruhan paket.

[02:18:08] <Malsasa> Saya paham.

[02:18:14] <arifiauo> Kita hanya perlu mendownload perubahan yang diperlukannya saja

[02:18:29] <Malsasa> Apakah saya yang salah kira, atau ini mirip prinsipnya rsync?

[02:18:37] <arifiauo> Jadi hanya 2Mb yang perlu di download

[02:19:35] <Malsasa> Iya, sangat praktis.

[02:19:49] <Malsasa> Saya bisa memahaminya dengan kesederhanaan yang saya punya.

[02:20:38] <arifiauo> Saya kurang tahu prinsip rsync.

[02:20:51] <arifiauo> :)

[02:21:18] <arifiauo> Yang jelas, seperti itulah yang saya rasakan :)

[02:24:04] <arifiauo> Ya, mirip prinsipnya rsync :)

[02:24:10] <Malsasa> Aplikasi rsync sering dipakai oleh devboi. Saya bukan devboi tapi saya suka baca-baca.

[02:24:22] <Malsasa> Oke.

[02:24:32] <Malsasa> Boleh saya minta satu hal lagi dari akang?

[02:24:42] <arifiauo> Silahkan

[02:25:25] <Malsasa> Saya ingin menerbitkan dialog kita malam ini di blog saya https://malsasa.wordpress.com. Posting khusus, perdana, dialog IRC masuk blog saya. Boleh?

[02:25:28] –> agus_sintang (~agus_sint@unaffiliated/agus-sintang/x-8163995) has joined #fedora-id

[02:25:48] <agus_sintang> mana udah sepi bang Malsasa?

[02:25:49] <agus_sintang> hehe

[02:26:12] <Malsasa> agus_sintang: ini saya masih ngobrol dengan beliau, lho…

[02:26:25] <arifiauo> Malsasa, boleh :) semoga bermanfaat bagi yang membaca nanti

[02:26:53] <arifiauo> panggil saja arifiauo :)

[02:27:03] <Malsasa> arifiauo: terima kasih banyak, Kang. Terhitung sejak 23:12 tadi kita bicara.

[02:27:39] <arifiauo> Iya, tidak terasa sudah jam 2:32

[02:28:10] <Malsasa> kang agus_sintang datang agak terlambat. Ini saya sudah mau mundur dari medan tempur. Saya akan sangat rindu untuk bicara lagi dengan akang arifiauo.

[02:28:39] <Malsasa> Saya mundur dulu ya, Kang? Barakallahu fiikum. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Internetan Halal di Ubuntu dengan Modem Smartfren Haier EC1261-2


Alhamdulillah, hari ini saya di Mojokerto mencoba modem ayah saya. Ini modem yang sudah dapat rekomendasi oleh Nexus dari Forum Ubuntu Indonesia yaitu bisa jalan tanpa konfigurasi di Linux. Inilah modem Haier EC1261-2 (lho, saya sampai hafal betul namanya). Dan benar, modem ini berjalan di Ubuntu dengan mulus tanpa konfigurasi.

Modem Smartfren Haier EC1261-2

Modem Smartfren Haier EC1261-2

Tancapkan modem, lalu buka terminal, ketik sudo eject /dev/sr1 (saya pakai Ubuntu 12.04). Lalu akses Network Manager di panel atas itu, Edit Connection. Pada tab Mobile, tambahkan koneksi baru (Add). Pasti di situ sudah terdeteksi nama Huawei Technology bla-bla-bla. Next, next, next dan isikan username: smart password: smart. Sudah, klik nama SMART pada Ntwork Manager. Insya Allah Anda sudah bisa ngenet.

Tanpa Windows, tanpa wvdial, tanpa usbserial, tanpa usb_modeswitch, tanpa instal apa-apa. Modem ini adalah pengganti Prolink P2000 yang mustahil dikenali oleh Linux kecuali harus punya Windows dalam 1 mesin untuk saya. Alhamdulillah, mimpi saya dikabulkan oleh Allah.

Apa Artinya Bahasa Menunjukkan Bangsa?


Saya tuliskan khusus untuk mereka yang mencari makna peribahasa bahasa menunjukkan bangsa. Makna ini berasal dari kehidupan sehari-hari saya. Perlu diketahui bahwa makna peribahasa ini ada dua. Akan saya jelaskan salah satunya saja di sini karena makna pertama sudah banyak dikenal. Makna keduanya yang mungkin dicari oleh kita. Silakan menyimak.

Makna pertama:

Berbahasa Indonesia menandakan seseorang berasal dari negara Indonesia, berbahasa Arab menunjukkan seseorang berasal dari negara Arab, dan seterusnya yang maksudnya bahasa yang digunakan menunjukkan asal seseorang. Inilah makna pertama.

Makna kedua:

Bahasa menunjukkan jati diri seseorang. Maksudnya, bahasa menampakkan pola pikir, kebiasaan, sifat khusus, atau kecerdasan seseorang. Inilah mengapa seseorang bisa membaca bagaimana level berpikir orang hanya dari cara orang menggunakan bahasa. Makna yang kedua ini berhubungan dengan tata bahasa dan erat kaitannya dengan ketertiban memegang kaidah bahasa.

Penjelasan Makna Peribahasa

Tulisan ini hanya menjelaskan makna kedua dari peribahasa ini. Pertama, saya akan menyinggung masalah waktu. Akan saya perbandingkan bahasa milik orang Indonesia dengan bahasa milik orang Inggris. Cara perbandingan ini saya tempuh demi menyajikan penjelasan paling sederhana untuk Anda.

Bahasa Indonesia tidak mengenal waktu. Maksudnya, bahasa kita ini tidak memiliki aturan kebahasaan mengenai waktu semisal pembedaan kata kerja untuk waktu lampau, sekarang, dan akan datang. Misalnya kata mengambil akan tetap mengambil pada kalimat berwaktu lampau, tetap mengambil pada kalimat berwaktu sekarang, dan tetap juga mengambil pada kalimat berwaktu yang akan datang. Berbeda dengan Bahasa Inggris. Bahasa yang dipakai secara majemuk di luar negeri ini mengenal pembedaan kata kerja untuk setiap sisi waktu. Misalnya kata take akan menjadi took untuk lampau, take untuk sekarang, dan taken untuk yang akan datang. Apa yang bisa kita pahami? Ternyata Bahasa Inggris memberikan perhatian yang besar untuk waktu.

Kedua, Bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk majemuk suatu kata benda. Pernyataan ini sifatnya global dengan beberapa pengecualian. Pada dasarnya, kita akan mengalami sendiri betapa bentuk majemuk itu tidak dikenal di bahasa kita. Permisalan untuk hal ini ada banyak sekali. Kita ambil contoh saja:

  • kita biasa menggunakan kata pisang untuk menyebut setandan pisang yang sebenarnya beranggotakan banyak pisang
  • kita biasa menggunakan kata komputer untuk menyebut sekian komputer yang ada di laboratorium sekolah kita
  • kita biasa menggunakan kata buku untuk menyebut sekian buku yang ada di perpustakaan
  • dan contoh lainnya.

Hal ini sebetulnya bisa menjadi masalah karena pembedaan antara jamak dengan tunggal itu penting. Bahasa Indonesia menjembatani masalah ini dengan mengulang kata benda. Artinya, jika ada penyebutan kata benda yang diulang dengan dipisahkan oleh satu tanda minus (-), itu menunjukkan benda berjumlah jamak atau lebih dari satu. Kita ambil contoh lagi:

  • buku-buku,
  • komputer-komputer,
  • pisang-pisang,
  • permen-permen,
  • dan contoh lainnya.

Namun masalah akan muncul saat ada kata benda tunggal yang sudah berbentuk seperti jamak. Kita ambil contoh lagi:

  • biri-biri (tunggal),
  • ubur-ubur (tunggal),
  • laba-laba (tunggal),
  • jentik-jentik (tunggal),
  • uget-uget (tunggal),
  • anai-anai (tunggal),
  • bayan-bayan (tunggal, nama ikan; Hemipiraclodus borneensia),
  • dan sebagainya,

yang jika dijadikan jamak akan panjang. Silakan Anda bayangkan sendiri. Masalah ini tergolong kecil karena memang kecenderungan di pemakai Bahasa Indonesia, kesalahan berbahasa mudah ditoleransi. Lagi pula, hal ini semakin menunjukkan bahwa pada dasarnya Bahasa Indonesia itu tidak mengenal bentuk jamak.

Bandingkan dengan Bahasa Inggris. Lebih sederhana tetapi lebih cerdas. Cukup menambahkan ‘s’ di belakang setiap kata benda. Misalnya, bentuk tunggal ship jamaknya ships. Bentuk tunggal computer jamaknya computers. Sangat sederhana tetapi cerdas. Setiap pengguna cukup menambahkan ‘s’ di akhir kata. Pengecualian untuk kata tunggal seperti mouse yang berubah menjadi mice jika jamak. Lihat sifat ini. Ringkas tapi luas. Ini efisien.

Sampai sini kita memperoleh gambaran mengenai waktu dan jumlah. Dua-duanya tidak dikenal di Bahasa Indonesia. Lalu apakah hubungannya dengan makna peribahasa kita ini? Simak uraian berikut.

Bahasa Menunjukkan Kelas Anda

Bangsa yang menghargai waktu akan mudah dikenali dari bahasa yang mereka miliki. Bangsa yang memerhatikan lingkungan juga mudah dikenali dari bahasanya. Bagaimanakah dengan bangsa kita? Bangsa kita harus diakui masih belum termasuk bangsa yang disiplin. Bangsa kita seringkali tidak menghargai waktu. Inilah maksud bahasa menunjukkan bangsa. Berikutnya, bangsa yang acuh tak acuh lingkungan dengan alasan ‘ini hanya sedikit mengotori‘ melupakan orang lain yang bisa jadi juga melakukannya, juga mudah sekali dikenali dari bahasanya. Seakan sama antara tungal dengan jamak. Inilah bangsa kita, kenyataan yang jelas terjadi dan diisyaratkan oleh bahasa resminya sendiri. Bahasa menunjukkan bangsa.

Lebih lanjut mengenai peribahasa yang cantik ini, mari membandingkan kembali ketertiban menulis antara pengguna Bahasa Indonesia dengan pengguna Bahasa Inggris. Mana yang lebih tertib menjaga tata bahasanya, meskipun itu sedikit. Anda bisa melakukannya dengan melihat pada forum WordPress (mewakili Bahasa Inggris) dan forum Ubuntu Indonesia (mewakili Bahasa Indonesia). Tidak sulit, mudah sekali menemukan tata bahasa yang baik di forum WordPress. Sebaliknya, Anda akan sulit menemukan tata bahasa yang baik di forum Ubuntu Indonesia. Maksud tata bahasa di sini, tertib kaidah menulis dengan minimal menulis tanpa singkatan-singkatan. Lihat. Perhatikan. Penggunaan bahasa yang didominasi atau masih disusupi singkatan-singkatan menandakan jati diri penulisnya. Ketertiban kaidah tata bahasa secara tak langsung mengisyaratkan kelas penuturnya. Kelas di sini maksudnya level kecerdasan atau level daya berpikir jernihnya. Ini juga masuk makna kedua dari bahasa menunjukkan bangsa.

Bahasa, juga ketertiban memakainya, menunjukkan bangsa pemakainya. Bisa jadi bangsa yang berbahasa itu siap untuk menatap masa depan, atau malah takut menerima kenyataan. Bangsa yang tangguh dan pekerja keras meski tanpa sadar, akan menghasilkan bahasa yang baik. Inilah kelas yang dimaksud dari penggunaan bahasa. Mengapa masih membiarkan bangsa kita tenggelam dalam sindrom singkatan-singkatan sms? Hal ini justru mengisyaratkan bahwa bangsa kita bangsa yang malas, enggan bekerja keras, kurang menghargai waktu sendiri (dan waktu orang lain; yang membaca sms), bahkan mengisyaratkan bangsa yang masih terbelakang. Bukankah mudah menulis apa adanya? Meski tata bahasa belum seberapa bagus, apakah susahnya menulis dengan lengkap? Bahasa menunjukkan bangsa. Inilah yang saya maksud makna peribahasa ini.

Bahasa Menampakkan Ciri Suatu Bangsa

Meski hal ini bukanlah hukum mutlak, tetapi bisa dipakai di mana-mana. Kenyataan menunjukkan bahwa bangsa yang bahasanya tidak banyak memerhatikan waktu seperti Bahasa Indonesia, cenderung berciri kurang kerja keras secara umum. Ditambah lagi jika tertib penggunaannya cenderung banyak singkatan dan mengabaikan tata bahasa. Ciri yang tampak adalah bangsa ini bangsa yang malas. Ini sudah diakui oleh bangsa kita sendiri.

Saya sendiri memiliki sifat umum ini. Dari diri saya sendiri dan pengaruh lingkungan sekitar. Ini sangat terasa dan dampaknya buruk bagi diri saya. Lantas bagaimanakah kalau ini menyusup ke seluruh bangsa Indonesia? Bukankah ini malah lebih buruk lagi? Dan bangsa yang bagus adalah yang segera memperbaiki kesalahannya setelah dia tahu. Mengapa tidak kita mulai sekarang juga?

Satu lagi. Sisi positifnya adalah bahasa ini menandakan ciri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang sederhana. Sederhana dalam segalanya. Bahkan dari segi pola pikir, pada umumnya sederhana. Tahukah Anda susahnya menjadi sederhana itu? Tahukah Anda betapa banyak desainer yang justru berusaha mengejar desain-desain yang sederhana? Bahkan muncul ungkapan sederhana itu indah. Anda yang senang komputer bisa menengok Mac yang senantiasa didesain untuk sederhana tetapi elegan. Menyenangkan untuk menjadi sederhana. Tidak terlampau banyak beban, tidak terlalu ekstrem berusaha. Di luar topik, hal ini menjadi pelajaran bagi kami pengguna Linux untuk lebih kalem lagi dalam sosialisasi Linux untuk bangsa Indonesia. Ya, tentunya mustahil bangsa Indonesia yang berkarakteristik demikian kami dekati dengan metode untuk orang di luar Indonesia. Bangsa Indonesia itu sederhana, sesederhana bahasa mereka.

Lalu, Apakah Bahasa Indonesia Jelek?

Tidak. Justru Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat mudah dipelajari. Bahasa yang baik sekali bagi yang mau mendalaminya. Bagi orang yang berbahasa Inggris, cukup mudah kiranya untuk membuang past tense, future tense, dan hampir semua tense. Kecuali simple present tense saja. Mudah dipelajari, rumus sederhana, dan jumlah penuturnya sangat besar. Bisa jadi yang kekurangan adalah penutur aslinya. Bangsa yang memilikinyalah yang barangkali memiliki kekurangan. Dari banyak sisi. Dan inilah waktu yang tepat untuk memperbaikinya. Bukankah demikian?

Mungkin sebagian dari kita belum pernah melihat satu tulisan berbahasa Indonesia yang mendekati sempurna dalam hidupnya. Tahukah kita bahwa tulisan itu ada? Ya, jika ingin melihatnya, coba kunjungi http://bahtera.org. Itu adalah situs para penjaga Bahasa Indonesia yang sukarela menyisihkan waktu mereka untuk mengayomi bahasa ini. Banyak sekali tulisan di sana yang sangat baik. Penuturnya memiliki kepedulian (baca: kelas) yang tinggi dalam hal menyampaikan pikiran. Anda akan terinspirasi olehnya jika mau memikirkan. Jika sudah membacanya dan ada suatu kesan yang muncul, datanglah kembali ke sini dan tinggalkan komentar. Saya ingin membacanya.

Bangsa yang Benar-Benar Berbahasa Bangsa Itu Sendiri

Bahasa menunjukkan bangsa. Dari sisi bahasanya sendiri dan dari penuturnya. Keduanya adalah meteran untuk menilai jati diri suatu bangsa. Apakah cukup pantas kita mendengungkan membangun karakter(istik) bangsa sementara kita belum cukup peduli dengan bahasa sendiri? Saya kagum akhir-akhir ini dengan Bahasa Arab. Memang dulu saya tidak peduli tetapi kini saya paham, setidaknya bagi diri sendiri, Bahasa Arab-lah bahasa yang paling logis di dunia ini. Bahkan kompleksitas Bahasa Inggris dalam menangani semua permasalahan bahasa kalah jauh dengan Bahasa Arab. Jika ingin paham manisnya berbahasa, cobalah belajar Bahasa Arab. Saya rekomendasikan. Anda bisa memulai dari kitab-kitab Durusul Lughah. Gratis, unduh saja!

Apa maksudnya bangsa yang benar-benar berbahasa bangsa itu sendiri? Berhubungan dengan nasionalisme? Karena kita bangsa Indonesia maka kita hanya berbahasa Indonesia, menjaganya sampai mati, dan tidak boleh memakai bahasa asing sama sekali? Tidak, sama sekali tidak. Perhatikanlah Bahasa Arab dan masyarakat Arabnya. Yang dulu sampai yang sekarang. Anda akan menemukan kesinambungan sifat antara bahasanya dengan orangnya, kesamaan karakteristik yang kuat, keluasan rentang cakupan bahasa dengan keluasan pikiran masyarakat penuturnya, sangat mengesankan. Penutur bahasa Inggris biasa mengekspresikannya dengan awesome. Bukan kita katakan kapan ya bangsa Indonesia bisa seperti itu? melainkan maksudnya kita memulai dengan menyadari beberapa kekurangan bangsa kita dari jalan yang paling mudah. Lihat saja bahasanya. Kita perbaiki mulai dari diri kita sendiri, mulai dari hal kecil, mulai sekarang juga.

Tali Kekang

Tali kekang adalah tali yang dipakaikan kepada binatang ternak agar tidak lepas. Tali kekang di sini maksudnya adalah kata-kata pecegahan agar kita tidak gegabah dalam bertindak. Perlu diketahui, agar tidak salah jalan, Indonesia masih dalam masa transisi. Jadi kita tidak bisa bersikap ektrem ke depan atau ekstrem ke belakang. Semestinya kita bersikap pertengahan.

Apa maksudnya transisi? Ya, Indonesia adalah bangsa yang sedang beralih dari keterpurukan era lama ke masa gemilang era baru. Singkatnya, dari keterbelakangan menjadi bangsa yang maju. Ini proses. Ini sama dengan adik kita yang sedang belajar berjalan. Tentu kita tidak memaksanya untuk berlari, nanti bisa jatuh. Dan tentu kita tidak juga memaksanya kembali merangkak, nanti dia tidak bisa berjalan. Maka dari itu, sikap kita pertengahan. Jangan ekstrem depan, jangan pula ekstrem belakang. Jangan menuntut terlampau jauh untuk mengadopsi teknologi yang masih mustahil kita tangani, dan jangan juga membodohi dengan mengembalikan teknologi Indonesia ke era baheula. Yang paling baik adalah memulai dari diri sendiri.

Ini saja tulisan saya. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam

Menanti Distro Tanpa Sudo


Seperti yang saya isyaratkan di esai saya sebelumnya, saya ada esai baru. Esai itu berjudul Menanti “Distro Tanpa Sudo”. Esai ini bicara mengenai inspirasi. Jadi, saya katakan dulu kalau inspirasi judul esai ini datang dari esai sebelumnya itu. Hehehe. Mbulet, ya? Pokoknya saya membayangkan suatu saat ada yang membuang sudo dari Linux.

Intinya, di sela-sela keseharian saya, terbersit di benak pertanyaan bagaimana kalau sudo dibuang saja? Saya bukan tipe orang kebanyakan. Tak masalah bagi saya memikirkan sesuatu yang itu bakal ditentang banyak orang :) Ya, dengan pemikiran ini, bisa jadi Linux akan lemah keamanannya. Linux akan jadi selemah Windows. Tapi benak saya menyangkal dengan kalimat meski tanpa sudo, Linux masih lebih aman daripada Windows. Ini seperti membandingkan pendekar pedang dengan orang yang tidak bisa bela diri. Pendekar pedang meski kehilangan pedang, dia masih bisa bela diri yang lain. Walau tanpa pedang. Tapi orang biasa, bisa apa dia? Itulah kira-kira perbandingannya.

Tapi saya membayangkan kalau sudo dibuang. Seharusnya instalasi aplikasi akan jauh lebih sederhana. Seharusnya pengguna awam tidak perlu memegang terminal. Wow.

Tentu, yang saya bayangkan bukanlah Ubuntu dirombak langsung sudo dibuang. Tidak. Yang saya bayangkan, akan ada satu distro coba-coba yang membuang sudo. Jadi tidak ada root. Bahkan bisa dibilang masuk itu sudah root. Kalau benar ada kelak yang membuatnya, saya bersedia mendukung. Nah, jika ada yang tidak setuju, saya persilakan. Tapi jangan iri lho ya kalau kelak distro tanpa sudo itu bakal mengalahkan distro yang tidak setuju :D Hehehe. Yah, meski saya sendiri lebih suka kalau distro-distro itu diperkecil jumlahnya.

Saya yakin masih ada generasi brilian yang akan menyambut ide macam ini. Yah, meski kini orang malah bersedia nge-root (Andoid) dan mau susah payah dekat sistem sudo. Tak mengapa, toh masih terlalu banyak user yang tidak suka konsol. Saya yakin suatu saat ini akan terjadi. Tunggu saja :D