Arsip Bulanan: April 2013

Panduan Memilih Distro Linux untuk Pemula


Isi tulisan ini:

– Distro apa yang terbaik untuk Anda?
– Mengapa memilih?
– Adakah sanggahan?
– Apakah harus menghapus Windows?
– Adakah nasihat dari para ahli Linux?
– Disklaimer

————-> Unduh tulisan ini: Panduan Memilih Distro

Distro apa yang terbaik untuk Anda?

Ubuntu. Jika Anda memutuskan untuk belajar Linux, maka mulailah dengan mengunduh ISO Ubuntu. Unduhlah Ubuntu 12.04 untuk era saat ini jika hardware Anda memiliki RAM 2 GB. Ukuran RAM kurang dari itu, gunakan versi sebelumnya. ISO Ubuntu dapat Anda peroleh dari http://kambing.ui.ac.id/iso/ubuntu/releases/. Unduh yang ada tulisannya i386 kalau komputer Anda 32 bit atau amd64 kalau komputer Anda 64 bit, tidak peduli prosesornya merek apa. Untuk ISO Ubuntu sebelum era 12.04, ukurannya sekitar 600 MB, muat dibakar ke dalam CD. Namun ukuran ISO Ubuntu saat ini dan seterusnya 700 MB lebih, tidak muat dimasukkan ke dalam CD. Maka dari itu, untuk menginstal Ubuntu, pakai media flash disk saja. Jadi, ISO Ubuntu dibakar ke dalam flash disk bukan ke DVD. Ini jauh lebih hemat dan praktis. Bakar ISO Ubuntu ke flash disk dengan memakai aplikasi Unetbootin.

Mengapa memilih?

Karena pengguna hanya membutuhkan satu OS saja. Satu OS yang mencukupi kebutuhan mereka. Mengapa? Karena di Indonesia ini pengguna tidak pernah butuh OS, mereka hanya butuh aplikasi. Oleh karena itu, pengguna harus fokus, fokus pada aplikasi bukan pada OS-nya. Ubuntu memenuhi hal ini. Begini, jumlah distro Linux di dunia ada 300++ dan tidak mungkin calon pengguna memilah satu per satu semuanya. Maka posisi saya di sini adalah mengarahkan Anda ke jalan paling mudah. Dan dalam pertimbangan saya, seorang pengguna harus dimudahkan dalam mencari bantuan kalau terjadi error. Solusinya, pengguna harus memakai OS yang juga dipakai teman-temannya, dalam arti lain pengguna harus memakai OS yang umum. Gunakanlah distro yang paling banyak dipakai di Indonesia. Ubuntu memenuhi kriteria ini, jadi pantas jika Anda memilih Ubuntu. Jangan gunakan distro yang sedikit penggunanya, yang tidak umum, pakailah yang umum. Mengapa? Karena Anda baru mengenal Linux. Di sini akan saya jelaskan poin per poin alasan rincinya.

– Waktu: lebih hemat waktu jika Anda memperoleh rekomendasi dari seseorang mengenai distro paling cocok, dan hemat waktu untuk TIDAK MERABA-RABA SENDIRI. Jangan buang waktu Anda untuk mesin, cukup gunakan Ubuntu. Waktu sisanya bisa Anda gunakan untuk mengikuti atau mendengar kajian. Mengurus keluarga juga lebih penting.
– Biaya: jika Anda coba-coba, maka Anda harus mengunduh banyak ISO. Pasti uang untuk internet bertambah. Jangan buang-buang uang, cukup unduh 1 ISO dan pakai. Gunakan uang Anda untuk urusan yang lebih penting.
– Tenaga: jika Anda coba-coba, maka Anda harus kehilangan fokus untuk mengerjakan pekerjaan yang lebih penting semisal mengerjakan PR atau mengurus anak. Hematlah tenaga Anda dengan menggunakan Ubuntu.
– Daya otak: jika Anda coba-coba, Anda akan seperti saya dahulu yang harus melakukan kompilasi manual hanya untuk sebuah aplikasi. Sudah lama, gagal pula. Ini tidak pantas dipegang oleh pengguna akhir, harusnya ini tugas developer. Ini akan membuat pusing pengguna akhir. Daya otak itu terbatas, gunakan untuk bekerja dengan aplikasi Anda, jangan untuk kompilasi manual dan segala konfigurasi manual. Masalah lainnya juga, dengan banyaknya pengguna Ubuntu di Indonesia, maka panduan Ubuntu dalam Bahasa Indonesia juga banyak dan paling banyak dibanding distro lain. Ini yang paling penting. Karena daya otak bisa terkuras untuk memahami panduan dalam Bahasa Inggris yang sudah menghabiskan waktu, belum tentu Anda mengerti. Hematlah daya otak Anda untuk fokus ke aplikasi, jangan fokus ke OS. Ubuntu memang tidak bersih dari konfigurasi manual, tetapi dengan banyaknya panduan berbahasa Indonesia, maka Ubuntu jelas lebih mudah dan lebih hemat daya otak. Ini juga alasan kenapa penting memilih distro yang dipakai banyak orang.

Sanggahan

– Semua distro bagus, bebas pilih yang mana.
Sanggahan -> pengguna butuh rekomendasi dan kepastian, bukan sekadar petunjuk global. Pilih Ubuntu saja. Jangan jadi orang yang plin-plan.

– Pakai Slackware saja kalau pengguna memang ingin belajar (dengan nada bercanda)
Sanggahan -> pengguna dari Windows butuh yang praktis, bukan yang manual. Slackware tidak hemat waktu. Ubuntu memang tidak lebih praktis dari Windows secara total, tetapi Ubuntu jauh lebih praktis dibanding Slackware (dan distro kompilasi manual lain semisal Gentoo). Indonesia bukan negara kaya internet, jangan disamakan dengan Amerika.

– Pakai distro lokal saja.
Sanggahan -> apakah distro lokal itu memiliki repo pihak ketiga seperti PPA? Memiliki dukungan komunitas yang lebih besar dari Ubuntu? Memiliki komunitas yang ramah dalam menjawab pertanyaan? Apakah kelebihan distro lokal itu hanya pada teknologinya (sedangkan user friendly-nya tidak)? Apakah distro lokal itu membebaskan/memberikan freedom pada pengguna untuk just use no coding atau tidak? Jika jawabannya tidak, maka sebaiknya tidak memakainya. Pakailah Ubuntu.

– Anda harus bersedia belajar ekstrakeras untuk menggunakan Linux.
Sanggahan -> siapa butuh OS? Siapa mau belajar OS lama-lama? OS dibuat untuk pengguna agar mudah, bukan agar belajar lagi. Pengguna butuh aplikasi bukan OS. OS hanyalah tambahan yang harus ada agar pengguna akhir nyaman memakai aplikasi mereka. Jadi sarankanlah (jika Anda memang niat mengajak orang pakai Linux) menggunakan OS Linux yang less stress untuk pengguna akhir. Memang Ubuntu tidak bersih dari stress tetapi Ubuntu yang paling less stress daripada distro yang lain. Pakai Ubuntu.

Apakah harus menghapus Windows?

Tidak. Anda bisa melakukan dual boot. Ini maksudnya menginstal Ubuntu di partisi selain C: dan ketika booting nanti, Anda akan memilih masuk ke OS yang mana. Jadi ada 2 OS di komputer Anda nanti, Windows dan Ubuntu. Siapkan dahulu di Windows sebuah partisi kosong dan formatlah ke filesystem FAT. Nanti saat menginstal Ubuntu, arahkan agar diinstal ke partisi itu. Untuk lebih jelasnya, cari di Google: instal ubuntu dual boot dengan windows 7. Ini sedikit pengetahuan mengenai dual boot:

– Dual boot tidak membuat komputer Anda lamban. OS tidak sama dengan aplikasi. Hanya 1 OS yang berjalan di komputer Anda dalam 1 waktu. Jadi, ketika Ubuntu menyala, Windows mati. Dan sebaliknya.
– Dual boot OS tidak saling memengaruhi satu sama lain. Jadi, Ubuntu yang diinstal di partisi lain itu tidak akan mengganggu Windows. Dan sebaliknya. Malah, Windows tidak bisa membaca partisi Ubuntu. Virus yang menjangkiti Windows Anda tidak akan bisa masuk ke Ubuntu.
– Dual boot memungkinkan Anda untuk berganti OS dengan cara restart. Cukup restart komputer Anda, lalu pilih OS pada pemilih OS warna ungu, tekan Enter untuk masuk.
– Anda bisa membaca partisi Windows Anda dari Ubuntu bahkan bisa menulis data ke dalamnya.

Tidak perlu menghapus Windows.

Apa nasihat dari para ahli Linux?

Salah satu pioner Linux Indonesia yang juga pembawa internet untuk pertama kali ke Indonesia -Pak Rahmat M Samik Ibrahim- mengatakan dalam presentasi beliau:

– Samakan dengan teman anda!
– Mudah bertanya/konsultasi
– JANGAN memilih yang ”KATANYA BAGUS”
– Punya akses upgrade?

Beliau adalah ahli Linux. Nasihat beliau penting untuk kita perhatikan. Lagipula, beliau sudah memakai internet sebelum orang Indonesia memakainya. Saya mengikuti nasihat beliau dan alhamdulillah lancar menggunakan Linux. Presentasi beliau ini dapat Anda miliki dengan mengunduh: http://rms46.vlsm.org/1/99.pdf.

Disklaimer

– Saya menulis ini karena saya memang didorong untuk memudahkan urusan orang lain dan dilarang mempersulit di dalam agama saya. Tulisan ini semata-mata untuk tujuan itu bukan demi fanatisme kepada salah satu madzhab FOSS.
– Saya bukan nasionalis dan tidak menulis untuk nasionalisme. Saya juga bukan pluralis dan tidak mau mendukung keduanya.
– Banyaknya pengguna pemula yang kebingungan memulai dari mana tidak bisa disamakan kondisinya dengan mereka yang sudah bertahun-tahun menggunakan Linux. Tidak juga disamakan dengan mereka yang punya banyak waktu luang atau yang memang senang ngoprek. Tidak semua orang suka ngoprek. Tulisan ini bukan untuk pengguna intermediate apalagi pengguna expert. Tulisan ini hanya untuk pemula (termasuk ayah, ibu, paman, bibi, tetangga, dan teman-teman saya).
– Jika Anda tidak suka dengan Ubuntu dan tulisan ini, silakan buat blog sendiri dan tulis tulisan macam ini menurut distro Anda sendiri.
– Tulisan ini bertujuan untuk memudahkan. Jika masih tersisa kesulitan, maka saya meminta maaf. Silakan berdiskusi dengan saya secara langsung lewat blog ini bila ada masalah.

Penutup

Tidak ada tulisan yang tak cacat. Silakan kritik saya jika ada kesalahan dalam tulisan ini. Saya berterima kasih sebesar-besarnya. Untuk para pemula, semoga tulisan mini ini menjadi dasar pijakan yang pas untuk Anda semua. Semoga memudahkan.

Linux Desktop Masih Kurang User Friendly


Bismillahirrahmanirrahim. Saya sangat senang mencari lahan baru. Masih banyak yang bisa digarap. Saya sangat terinspirasi dengan apa yang senantiasa dilakukan para inovator. Mereka senantiasa ingin tahu, senantiasa membuktikan konsep, dan senantiasa membuat sesuatu yang sebelumnya tak terpikirkan orang lain. Yang paling penting, lahan yang mau digarap itu harus bermanfaat nyata bagi banyak orang. Apa yang harus digarap? Banyak sekali. Dan bidang yang akan saya bicarakan adalah GUI. Tulisan ini berbicara mengenai masa depan Linux desktop versi saya. Unduh versi PDF.

Alasan Dikatakan Demikian

Karena Linux desktop saat ini masih kompleks untuk pengguna.

User Friendly itu Apa?

Realitas yang bicara. Sesuatu dikatakan user friendly jika:

  • User hanya butuh sedikit gerak untuk mencapai satu tujuan
  • Ujung-ujungnya hemat waktu, hemat tenaga, dan hemat uang

Untuk Siapa Tulisan Ini

  • Semua orang yang menyadari kekurangan Linux desktop
  • Semua orang yang objektif mengakui kesederhanaan OS lain
  • Nonfanatis OS
  • Semua orang yang mau turut membangun Linux
  • Yang memegang prinsip mesin yang melayani manusia

Bukan Untuk Siapa Tulisan Ini

  • Fanatis Linux
  • Yang merasa Linux desktop tidak usah diperbaiki
  • Yang merasa Linux desktop tidak ada masalah
  • Yang memegang prinsip kebalikan dari mesin yang melayani manusia

Ide Dasar

Saya ingin mempromosikan Linux (desktop) yang bukan Windows kepada pengguna Windows. Minimal, mereka mau dual boot. Semoga OS halal semakin mendominasi pasar OS Indonesia.

Masalah Utama

Linux itu rumit. Linux itu kompleks. Linux (desktop) masih belum user friendly. Saya bisa bilang begini karena saya menggunakan Linux sehari-hari. Jadi, Linux (desktop) harus disederhanakan. Bukan dengan membuat distro baru, tetapi cukup membuatkan aplikasi atau sistem di atas yang sudah ada. Juga bukan dengan membuang kerumitan itu 100% (mustahil), melainkan sekadar berusaha menguranginya.

To Reduce Complexity

Sebelum melaju lebih jauh, ini dulu. Inilah slogan inti yang saya angkat dalam esai ini. Satu kata: sederhana. Membuat sesuatu menjadi sederhana. Artinya adalah mengurangi kerumitan. Prinsip to reduce complexity inilah yang akan membawa sesuatu yang tadinya kompleks/rumit menjadi sederhana. Kalau sederhana, sesuatu itu akan mudah digunakan. Saya beri contoh sebagaimana hasil obrolan saya di kanal #debian-id oleh seorang maintainer Debian internasional yang bernama jonass.

Ada 2 benda. Satu kotak dan satu lingkaran.

Rumus matematika untuk kotak panjang x lebar sedangkan lingkaran 22/7 x pi x r x r

  1. Mana yang lebih kompleks rumusnya? Jawabannya tentu lingkaran.
  2. Mana yang lebih susah kalau digunakan menggelinding? Jawabannya tentu kotak.

Terima kasih untuk jonass atas analogi ini.

Poin 1 menunjukkan bahwa kotak () itu lebih mudah alias lebih sederhana daripada lingkaran () dari sisi developer. Poin 2 menunjukkan bahwa lingkaran () itu, meski rumusnya susah, tetapi sederhana dan mudah digunakan dalam hal menggelinding (digunakan sebagai ban) dari sisi pengguna. Dari sini bisa kita ambil kesimpulan kalau kompleks itu = lebih banyak gerak untuk mencapai 1 tujuan. Lawan kata kompleks adalah sederhana, jadi sederhana sendiri = sedikit gerak untuk mencapai 1 tujuan. Dan esai ini hanya membahas sederhana untuk poin 2. Sederhana untuk pengguna. Linux desktop itu kompleks. Harus disederhanakan. Dan kesederhanaan untuk pengguna ini bisa dicapai dengan konsep to reduce complexity. Bagaimana melakukannya?

Solusi

GUI.

Penjelasan Solusi

Yang bisa dilakukan adalah memperkaya Linux dengan GUI. Sebelumnya, mari mengenal makhluk apa ini. GUI adalah graphical user interface, sebuah teknologi untuk menerjemahkan bahasa antara pengguna (manusia) dan komputer. Manusia maunya begini, GUI menerjemahkan ke komputer begitu, dan sebaliknya. GUI adalah segala aspek bergambar yang kita lihat di monitor, yang bisa diklik. GUI adalah kesatuan dari tombol, ikon, menu, toolbar, combobox, panel, dan lain-lain untuk membantu kita menyelesaikan pekerjaan di komputer. GUI ini lawan dari CLI (command line interface), teknologi era lama. Di CLI, segalanya dilakukan di layar hitam dengan mengetik perintah-perintah. GUI berjiwakan prinsip click and run yang merupakan bentuk prinsip to reduce complexity. Dari tadinya harus hafal dan ketik perintah-perintah, sekarang cukup klik dan masalah sama-sama selesai. Sampai sini mestinya mudah dipahami. Jika belum, ini saya beri contoh:

  • Mana yang lebih sederhana: menyetir belok kanan di mobil dengan putar setir ke kanan (1 gerakan) atau dengan perintah $ sudo belok –45d –15d –5d kanan (34 gerakan)? Tentu lebih sederhana putar setir.
  • Mana yang lebih sederhana: mendesain poster dengan klik mouse (ratusan klik) atau dengan mengetik perintah-perintah Terminal tanpa mouse (tak hingga)? Tentu masih sederhana klik.
  • Mana yang lebih sederhana: membeli barang dengan bertanya harga-harga terlebih dulu atau membeli dengan sebelumnya melihat daftar harga di depan toko? Tentu lebih sederhana yang kedua.

Contoh Nyata Solusi

Otodidak dibuat dengan harapan to reduce complexity. Apa saja yang dilakukan oleh Otodidak?

  1. Untuk newbie pengguna Windows: tidak usah instal Linux (minus ratusan klik dan puluhan kegagalan) untuk sekadar belajar Linux.
  2. Untuk newbie pengguna Linux: tidak usah banyak browsing/tanya/menunggu lama/usaha untuk sekadar memahami dasar Linux.
  3. Untuk developer/pengayom komunitas: tidak usah repot mengajari newbie cukup katakan ‘cobalah Otodidak’ untuk hal-hal dasar.

Hasilnya adalah penghematan terhadap:

  • jumlah klik,
  • jumlah usaha yang harus dilakukan,
  • jumlah kegagalan yang bisa terjadi,
  • jumlah uang untuk browsing,
  • jumlah bandwidth pribadi yang harus dihabiskan, dan
  • jumlah waktu yang mesti terbuang.

Otodidak dibuat berdasarkan kesadaran bahwa Linux desktop itu rumit. Linux desktop masih kurang user friendly. Maka, minimal harus ada sistem yang mengurangi kerumitan itu. Otodidak adalah proposal untuknya, namun hanya dari sisi pembelajaran. Inilah contoh nyata penerapan to reduce complexity di Linux desktop.

Apa yang bisa dilakukan?

Dua hal saja. Menciptakan aplikasi berbasis GUI dan membuatkan GUI untuk aplikasi yang sudah ada. Jalan pertama contohnya adalah Otodidak dan jalan kedua contohnya apt-get (CLI) dengan front-end-nya, Synaptic Package Manager (GUI). Akan saya jelaskan mulai dari ide-ide untuknya.

Jalan pertama – Membuat Aplikasi GUI

Ternyata banyak sekali lowongan untuk membuat aplikasi GUI di Linux. Lebih mudah dipahami dengan ide.

  1. Internal Cropper untuk Libreoffice/Openoffice
  2. Image Viewer ringan yang bisa crop
  3. Download manager yang persis IDM (katakanlah IDM clone)
  4. Overcloker/underclocker
  5. Pemaket DEB menjadi 1 berkas siap instal (bayangkan EXE)
  6. Folder Protector
  7. Backup Tool yang superlengkap
  8. Customizer untuk desain kaos
  9. Customizer untuk desain sepeda motor/mobil 3D
  10. Perancang stiker otomatis
  11. Perancang undangan nikah otomatis
  12. Sketchup clone
  13. Alarm praktis
  14. Backup Tool yang praktis untuk Firefox/browser lain
  15. Pengingat waktu shalat
  16. Perancang tema WordPress drag and drop
  17. PC Suite serbabisa untuk hape-hape yang beredar di Indonesia
  18. Printer resetter
  19. Printer manager (bisa cleaning)
  20. Backup hape (sms, kontak, dkk.)
  21. Multisim, ISIS, Workbench clone
  22. PC Wizard clone
  23. Speedfan clone
  24. GUI mockup creator
  25. Color picker
  26. Web forum client

Jalan Kedua – Membuatkan GUI dari CLI

GUI untuk aplikasi CLI itu biasanya disebut front-end. Sedangkan CLI-nya disebut back-end. Contoh yang seperti ini adalah apt-get (back-end) yang memiliki GUI Synaptic (front-end). Contoh lainnya axel downloader (back-end) dengan Axel Kapt (front-end). Jalan kedua ini umumnya lebih mudah dari yang pertama karena hanya membuat GUI dari aplikasi yang sudah ada.

  1. Tweak Tool yang serbabisa
  2. Penyimpan DEB dari cache untuk diinstal di komputer lain
  3. System Language Changer yang sekali klik langsung berasa
  4. Proxy manager serbalengkap
  5. Wifi Sharing (seperti ConnectifyMe)
  6. Universal modem installer
  7. Pengecek hash berkas
  8. Show folder size
  9. Nautilus profile saver/loader
  10. Deepfreeze clone
  11. Perancang tema Ubuntu drag and drop
  12. Front-end yang lebih baik untuk axel
  13. Front-end yang lebih baik untuk wget
  14. Front-end yang lebih baik untuk aria2
  15. Front-end yang lebih baik untuk jigdo
  16. Stand alone DownThemAll!
  17. Attribute Changer yang praktis
  18. Switch untuk mematikan tombol suspend/hibernate
  19. Burner yang lebih cantik dari Nero
  20. KajianPlayer (streamer dan downloader untuk ilmoe.com)
  21. Backup flash disk (mirip thumbsuck)
  22. SudoThis! (sudo dpkg -i *.deb dalam klik kanan) untuk Nautilus
  23. Backup rutin isi cache APT
  24. Automatic wallpaper changer
  25. Libreoffice equation editor yang superpraktis
  26. Batch renamer

Sekian dulu ide di sini. Jika Anda ingin memperoleh ide juga, buka saja majalah PC Media atau sebangsanya lalu buka pada bab aplikasi bulan ini. Anda akan memperoleh jauh lebih banyak ide. Ya, jika dari satu orang saja bisa terlihat sekian banyak lowongan GUI di Linux, berapa lagi jika setiap warga KPLI memiliki idenya? Masih sangat luas.

Sedikit Penjelasan Ide

Memang perlu untuk menjelaskan sebagiannya. Misalnya saja USB Modem Installer. Kita tahu hampir semua modem USB bisa dikerjakan dengan bantuan tim wvdial, usbserial, dan usb_modeswitch. Hanya saja, konfigurasinya beda-beda untuk setiap modem dan setiap versi Ubuntu. Bagusnya, semua tutorial konfigurasi telah tersedia. Yang belum ada, satu aplikasi yang menyatukan seluruh tutorial itu menjadi tombol-tombol. Misal saja ada tombol modem Smartfren ZTE AC682. Sekali modem ditancap, langsung dikonfigurasikan otomatis sesuai tutorial. Akan sangat memangkas waktu, biaya, tenaga, dan tentulah makin banyak orang mau menggunakan Linux. Ini hanya contoh ide. Jika ini ada, nilai user frriendly-nya Linux menjadi bertambah satu. Dan kerumitan Linux berkurang sekian poin.

Jembatan Menuju GUI

Di Windows, kita semua kenal Autoit. Ini adalah bahasa pemrograman untuk menciptakan GUI dari perintah-perintah CMD. Sebagai contoh, untuk melakukan assembling .asm, teman saya memakai Turbo Assembler (TASM.exe). Untuk menjadikan .exe, ia menggunakan (TLINK.exe). Setiap ingin membuat exe baru, ia buka CMD dan lakukan pengetikan perintah berulang kali. Anggap ada 10 ketukan kibor untuk melakukannya (sebenarnya lebih). Datanglah teman saya satunya membuatkan GUI dengan Autoit, berdasarkan perintah-perintah TASM/TLINK yang dia pakai. Jadilah cukup klik ASSEMBLING lalu klik LINK untuk membuat exe baru. Lihat, cukup 2 ketukan. Jauh lebih sederhana. Inilah Autoit.

Zenity dan Kdialog adalah Autoit untuk Linux. Ini tidak 100% sama tetapi inilah realitasnya. Kita bisa melihat kegunaan Zenity dalam otomasi perintah-perintah, dari salah satu produk open source buatan seniman, Awoken Icon Theme. Ini icon theme yang sangat canggih. Untuk mengubah warna dan bentuk ikon di seluruh komputer, ia memanfaatkan Zenity. Kita bisa mengubah wujudnya dengan GUI! Dan ini sebenarnya kita melakukan perintah terminal. Hanya saja, kita tidak melakukannya karena sudah dikerjakan oleh Zenity. Kita cuma klik dan jadi. Sangat menarik, bukan? Kdialog pun serupa.

Proyek Besar

Ini kesimpulannya: kita menghadapi proyek besar. Proyek yang sudah dijalankan sekian lamanya di lingkungan Windows, dan sebenarnya juga dilakukan di lingkungan Linux oleh orang seperti Matthias Ettrich sejak lama. Proyek memperkaya OS dengan GUI. Mengurangi kerumitan OS dengan GUI dan otomasi. Orang-orang di luar negeri sana sudah lama memulainya, tetapi sepertinya kita masih santai. Kita bukan meniru-niru mereka, kita hanya berinovasi demi memudahkan diri-diri kita sendiri. Dan sekian banyak manusia kelak. Saya memulai ini dari mencari tutorial Zenity dan Kdialog. Serta dengan menulis esai ini. Dengan ini, saya mengajak pembaca untuk turut membuat aplikasi GUI di Linux.

Otomasi

Ini sedikit uneg-uneg dari saya. Jiwa dari GUI adalah otomasi. Jiwa dari segala aplikasi adalah otomasi. Otomasi inilah yang akan mempermudah Linux. Semakin banyak otomasi, semakin mengecil jumlah usaha yang harus dilakukan demi 1 tujuan. Segala yang manual harus dibuatkan otomasinya. Namun harus tetap dijaga keberadaannya karena kita menyadari, bahwa tidak selamanya GUI adalah raja. Dan kita juga semestinya menyadari, GUI harus mendominasi. Karena sebagian besar pengguna bukanlah sysadmin, bukanlah profesional sekuriti, dan bukan programer.

Penasaran?

Jika Anda merasa terganggu dengan ulasan kekurangan Linux ini, mungkin ada faedahnya saya memperkenalkan diri. Saya adalah anak yang mengenal teknologi informasi dari game development (tidak sebaliknya). Tentulah game development itu adanya di Windows. Saya mulai mengenalnya tahun 2006. Dan hingga kini, saya, tidak bisa melupakan kesederhanaan dan kemudahan Windows dalam membuat game 3D. Saya masih percaya pembuatan software paling sulit adalah game. Dan Windows bisa melakukannya dengan sangat mudah. Dengan drag and drop. Alangkah mudahnya, bayangkan! Pemrograman yang paling susah saja bisa dilakukan dengan sangat mudah. Segalanya GUI. Tanpa saya belajar perintah terminal atau sedikit bahasa skrip sekalipun. HTML pun tidak! Bahkan hampir tidak memakai kode sama sekali. Saya bisa membuat game seperti Counter Strike dalam satu jam. Dan yang seperti ini tidak ada di Linux. Saya melihat prinsipnya, to reduce complexity itu diterapkan secara ekstrem di Windows. Maka sangat mudah bagi saya untuk mengatakan Linux itu kurang user friendly. Linux memang bukan Windows, tetapi kalau kita ingin mempromosikannya kepada pengguna Windows, maka kita mesti membuatnya sederhana.

Nah, apa sih kuncinya? Kuncinya adalah aplikasi pembuat game seperti

Saya dulu menggunakan trial-nya 3D Gamestudio dan sangat menakjubkan. Sangat gampang. Bandingkan jika harus belajar C++, kuasai texturing, kuasai 3D modelling, kuasai HDR, AI, stencil shadow, segalanya. Dengan aplikasi game authoring tersebut, kita tidak perlu belajar dulu. Cukup fokus ke konten game-nya. Ini sangat menyederhanakan kerumitan. Maka prinsip inilah yang saya ambil lalu mau masukkan ke Linux. Bukan dari sisi game development-nya (saya sudah hengkang), tetapi dari sisi aplikasinya. Jika Anda pernah melakukan hal yang sama, maka Anda akan sepakat dengan saya.

Penutup

Kiranya jelas maksud esai pendek ini. Saya ingin mengajak Anda sekalian untuk membuat aplikasi GUI di Linux. Otodidak Behind The Scene belum cukup matang untuk diterbitkan di sini. Sementara itu, mari kita sedikit mengenal Autoit for Linux ini. Ya, Zenity dan Kdialog. Akan sangat menyenangkan jika kelak di Linux kita cukup klik dan komputer berjalan semau kita tanpa repot. Akhirnya, prinsip mesin yang melayani manusia menjadi tidak mustahil terwujud. Semoga ini bermanfaat.

Rujukan Zenity

  1. http://linux.byexamples.com/archives/265/a-complete-zenity-dialog-examples-2/
  2. http://rangers206.blogspot.com/2013/01/membuat-aplikasi-gui-di-linux-dengan.html
  3. http://ugos.ugm.ac.id/wiki/panduan:panduan_membuat_aplikasi_gui_sederhana_menggunakan_zenity
  4. http://bash.cyberciti.biz/guide/Zenity:_Shell_Scripting_with_Gnome
  5. http://nanananana-curhatan.blogspot.com/2011/10/belajar-zenity-shell-script.html
  6. http://linuxlibrary.org/zenity-simple-gui-creation-tool/
  7. http://www.techrepublic.com/blog/opensource/gui-scripting-with-zenity/235
  8. http://jakedth.tumblr.com/post/115232785/festival-zenity-easy-gui-interface
  9. http://www.linuxplanet.com/linuxplanet/tutorials/6838/1
  10. http://www.linuxplanet.com/linuxplanet/tutorials/6838/2
  11. http://tildehash.com/?article=advanced-application-shortcuts-with-zenity

Rujukan Kdialog

  1. http://techbase.kde.org/Development/Tutorials/Shell_Scripting_with_KDE_Dialogs
  2. https://www.bg.bib.de/portale/bes/Scripting/Shell/kdialog/t1.html
  3. http://bash.cyberciti.biz/guide/Kdialog:_Shell_scripting_with_KDE
  4. http://www.wikilearning.com/articulo/shell_scripting_en_kde-kdialog_dialog_types/193-5

Mengapa Otodidak Dibuat? (2/2 – Habis)


Bismillahirrahmanirrahim. Setelah alasan awal saya paparkan, sekarang saatnya alasan setelahnya. Alasan yang akan saya sebut ini adalah alasan psikis beserta teknis, yang menjadi tunggangan saya untuk mempromosikan Linux (sebagai OS halal) ke seluruh Indonesia. Nah bagi yang ingin tahu, apa saja alasan di balik pembuatan Otodidak itu, berikut ini dimulai dari sisi psikis. Barakallahu fiikum…

Alasan Psikis1

  1. Pengguna Windows cenderung takut untuk menggunakan Linux, apalagi untuk beralih total. Karena itu, Otodidak dibuat sesimpel dan segampang mungkin. Tombolnya saya bikin besar-besar biar jelas.
  2. Minimal satu kali, saya ingin dalam hidup ini berterima kasih kepada komunitas yang sudah banyak membantu saya saat kesulitan dengan jalan membuat aplikasi. Tentunya target utama saya adalah pengguna awam dan pemula, dengan GUI.
  3. Saya ingin mengumpulkan daftar modem-modem yang sudah terbukti pasti bisa konek di Linux, yang sudah dites oleh kawan-kawan KPLI seluruhnya. Saya telah mengutarakan ide ini berulang kali, dan saya merasa seluruhnya tak seide dengan saya. Oleh karenanya, saya membuat Otodidak ini. Barangkali dengan melihat langsung, kawan-kawan lebih paham maksud saya dengan daftar modem. Jadi ini semacam sarana untuk memperjelas ide saya saja.
  4. Otodidak dibuat GUI dan dititikberatkan pada skrinsot karena semua manusia yang saya temui selalu mengatakan lebih suka membaca buku yang banyak gambarnya daripada yang cuma tulisan saja.
  5. Otodidak sengaja dibuat besar semua fontanya, karena terinspirasi ayah dan ibu saya yang tidak dapat membaca tulisan kecil (harus pakai kacamata atau di-zoom manual).
  6. Akan lebih mudah saya promosi di laman-laman komunitas, saya bisa membuat satu pesan yang mengenai 2 komunitas sekaligus, Linux dan Windows, kalau Otodidak saya bikin untuk Linux sekaligus untuk Windows. Bagaimana komunitas Windows bisa menolak kiriman pesan saya kalau Otodidak-nya dalam format EXE?
  7. Saya ingin membantu pengguna Windows untuk mengenal Linux, dengan mem-bypass rasa takut mereka melalui Simulator Terminal dalam Otodidak dan keseluruhan Otodidak itu sendiri. Tentu, agar mereka bisa menjadi otodidak seperti kami.
  8. Saya ingin berguna bagi orang lain, minimal memberikan ide berupa aplikasi yang sudah ada beserta tutorial pembuatannya. Saya berharap bisa menghubungi anak-anak SMP/SMA (yang berminat) di tempat yang jauh untuk bersama belajar membuat aplikasi seperti Otodidak ini dengan Netbeans, secara daring (online). Saya melihat banyaknya bakat anak-anak itu tetapi sering mereka bingung mau disalurkan ke mana. Semoga bisa terwujud.
  9. Proof of concept bahwa ide bisa lebih bermanfaat daripada kemampuan pemrograman, melihat saya sendiri yang tidak bisa memrogram. Otodidak dibuat berdasarkan ide yang saya peroleh dari aplikasi ElectroDroid di Android teman saya. Saya hanya pernah melihat aplikasi itu 2-3 kali, dan saya merasa sangat terpukul ‘alangkah mudahnya membuat aplikasi yang seperti ini’. Hanya ide yang saya punya.

Alasan Teknis

  1. Saya sangat ingin mempelajari Java sebagai bahasa pemrograman, sekaligus mengobati “patah hati” saya terhadap Visual Basic yang terlampau mahal. Dengan membuat aplikasi GUI secara langsung.
  2. Saya ingin tahu sejauh mana Matisse bisa mewujudkan ide-ide saya.
  3. Saya ingin bisa pemaketan Debian/Ubuntu.
  4. Saya ingin bisa membuat aplikasi Windows namun 100% tidak menggunakan Windows, hanya Linux.
  5. Saya ingin membuat aplikasi Android meski tidak punya perangkatnya.

Pesan-pesan Saya

Mengapa psikis duluan? Bukankah teknis lebih penting? Jawabannya adalah karena saya termasuk orang yang mendahulukan ide daripada kemampuan. Percuma punya skill bagus tetapi gagal berkomunikasi, gagal beradab yang baik, gagal berbicara yang santun kepada orang lain. Saya tegaskan, orang Indonesia kebanyakan adalah manusia yang tak mengerti mahalnya sebuah ide. Oleh karena itu, janganlah jadi bangsa yang cemburu kalau ada anak bangsa yang lari ke luar negeri di mana ide-ide mereka (baru kemudian kemampuan mereka) lebih dihargai. Kalau mereka lari, mari instrospeksi diri apakah kita telah melukai sebuah hati. Anda punya teknologi tinggi? Oke. Namun sekali Anda kasar terhadap orang yang bertanya tentang teknologi Anda, janganlah berharap orang menghargai Anda.

Karenanya, mulai hari ini, ayolah mulai membuat aplikasi-aplikasi berdasarkan ide-ide yang cemerlang. Jangan sia-siakan itu. Mulai dari mengunduh Netbeans dan buatlah aplikasi Anda sendiri. Jangan lupa rilis versi Linux-nya, ya?

 

_______________________

1 KBBI: yang berbuhungan dengan psike (kejiwaan)

Mengapa Otodidak Dibuat? (1/2)


Bismillahirrahmanirrahim.

Saya harap tulisan ini bermanfaat bagi komunitas Linux di Indonesia. Sejujurnya, alasan saya satu-satunya membuat Otodidak hanyalah kekecewaan saya kepada komunitas Blankon. Saya sebagai orang awam tentulah senang melihat kemajuan rakyat Indonesia membuat sistem operasi sendiri. Apalagi melihat sendiri ada segudang teknologi yang dibangun sendiri di komunitasnya. Akan tetapi, saya menjadi kecewa saat merasakan sendiri adanya segelintir manusia di dalamnya yang menurut saya terlampau kasar dalam menyikapi orang awam seperti saya ini dan beberapa pengguna baru lainnya. Inilah aslinya alasan saya menulis esai permohonan kemarin, serta kemudian membuat Otodidak: untuk ikut membangun komunitas Blankon. Sebenarnya tulisan ini ingin langsung saya terbitkan setelah esai itu, tetapi akhirnya saya putuskan setelah Otodidak rilis saja. Tentu saja. Kalau tidak, apa yang bisa saya berikan selain tulisan? Minimal-lah, ada nilai tambah yang bisa saya kontribusikan. Insya Allah.

Pertama, alhamdulillah, akhirnya saya sadar, sepatutnya saya alihkan niat hanya untuk mengharap keridhaan Allah semata. Alhamdulillah, dari beberapa kajian yang saya ikuti, saya menjadi tersadar akan hal paling penting ini. Kami kaum muslimin diajari untuk mengikhlaskan niat hanya untuk Allah semata, tidak untuk mengharap dunia ini sedikit pun. Namun, esai ini tetap saya tulis sebagai hadiah untuk komunitas Blankon.

Kedua, saya tegaskan bahwa tidak seluruh anggota komunitas seperti itu. Malah masih banyak yang ramah terhadap pengguna baru, alhamdulillah. Namun sedikit saja sikap yang kasar ini mengenai saya, saya jadi skeptis akan majunya komunitas ini nanti. Ini saya simpulkan dari esai yang saya kirim ke laman komunitasnya, yang kemudian salah satunya membalas dengan (menurut saya) sangat tidak pantas. Entah, barangkali seluruh singgungan saya di esai itu (karena memang aslinya untuk komunitas mereka) betul mengena ke hati, entah bagaimana. Sehingga tak satu ucapan terima kasih pun terucap. Bukannya saya mengemis, tetapi bukankah kita di Indonesia ini sudah sering sekali mengatakan ‘kritik dan saran pembaca kami nantikan‘? Sekarang ada orang awam yang mengirim esai untuk mengkritik kalian, apa yang kalian katakan? Bahkan balasan pertama mereka adalah ‘omong doang’ kemudian ‘ini curhat‘. Masya Allah, bukankah kalian sendiri merasa komunitas kalian jauh dari sempurna? Apa salahnya buka mata sedikit menjadi lebih ramah? Komentar-komentar mereka sungguh membuat saya sedih (membayangkan larinya orang-orang awam dari mereka) dan sampai terucap kalimat yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya ‘saya bersedia didepak dari komunitas‘.

Sudah saya tegaskan di dalam esai itu, saya takkan lari sekasar apa pun komunitas. Namun dengan segelintir orang yang sikapnya tak ramah ini, saya jadi berpikir kembali. Apa mungkin orang-orang seperti ayah saya, seperti tetangga saya, guru sekolah saya, yang instal aplikasi saja tak mengerti caranya, akan mau menggunakan Blankon? Kalau cara menjawab pertanyaan dari pengguna awamnya saja ‘ya begitu itu orang Indonesia asal coba tanpa mau baca dulu‘ (tidak pantas, bukan?). Padahal saya merasa cuma Blankon di Indonesia ini yang paling menonjol. Bagaimana mereka ingin masyarakat menggunakan Blankon padahal sebagian mereka (maaf-maaf saja) amat kasar dalam menjawab penggunanya? Sungguh ironis. Bacalah laman ini http://www.darussalaf.or.id/nasehat/akhlak-islami-hiasan-indah-dalam-sebuah-kehidupan/ agar jelas maksud dari tulisan ini.

Pesan Saya

Jadilah komunitas yang paling ramah terhadap pengguna. Jadilah insan-insan yang berakhlak mulia. Sebagai pembuka, silakan unduh MP3 akhlak mulia berikut. Barakallahu fiikum, yaa Akhii…

Penutup

Saya tak takut andai tulisan ini berakhir seperti kasus Ibu Prita, insya Allah. Karena kalau sampai benar terjadi, maka benar dugaan saya rakyat Indonesia masih antikritik, dan tidak mau konsisten terhadap apa yang sering diikrarkannya sendiri ‘kritik dan saran pembaca kami nantikan‘. Sungguh hanya dukungan positif yang saya berikan dalam esai ini untuk komunitas Blankon. Ini adalah hadiah yang pahit bagi saya ‘tuk menulisnya dan barangkali pahit juga bagi yang membacanya. Namun ini mesti ada. Dari seorang awam yang antusias terhadap Blankon dan teknologi-teknologinya. Saya tak suka kalau komunitas Blankon yang sudah mulai solid jadi bubar seperti distro-distro lain yang entah ke mana pengembangnya. Saya senang dengan hadirnya Blankon Sajadah. Dan bukankah lebih bagus andai apa yang tercantum di dalam Blankon Sajadah itu (salah satunya akhlak mulia) diterapkan dalam bermasyarakat baik di komunitas ataupun di dunia nyata? Iya, bukan? Barakallahu fiikum.