Open Source Translation – Konsep Mengajar Bahasa yang Baru


trans-logoPernahkah Anda mendengar frase open source? Pernah jugakah Anda mendengar bahwa kita bisa ikut serta menerjemahkan antarmuka aplikasi ke Bahasa Indonesia? Open source adalah konsep yang memelopori itu semua dan menjadikannya mudah untuk kita. Alangkah bagusnya kalau ini bisa kita manfaatkan untuk mengajar peserta didik. Esai ini sepenuhnya bersifat alternatif.

Tulisan ini tersedia dalam bentuk PDF.

Target Tulisan Ini

  1. Guru Bahasa Inggris.
  2. Guru Bahasa Indonesia.
  3. Siapa pun yang ingin mendalami Bahasa Inggris secara mandiri.
  4. Siapa pun yang ingin memperbaiki Bahasa Indonesianya sendiri.
  5. Siapa pun yang tertarik dengan open source.

Kenalan Dulu

Sebelum masuk ke ranah penerjemahan, mari mengenal open source dahulu. Apakah Anda menggunakan Mozilla Firefox? Apakah Anda menggunakan Android? Apakah Anda telah menggunakan sistem operasi Blankon? Apakah Anda menggunakan OpenOffice untuk menulis dokumen? Jika iya, berarti Anda telah memanfaatkan aplikasi open source. Open source adalah metode pembuatan aplikasi komputer yang memberikan gratis kode-kode pembuatan aplikasinya sekaligus aplikasi itu sendiri. Jadi, selain memperoleh aplikasi, kita juga diizinkan untuk memperoleh kode-kodenya. Di sisi kita pengguna biasa, tentu kode-kode ini tak dibutuhkan. Namun di sisi programer, sangat berguna untuk memodifikasi program itu atau membuat program baru. Metode open source ini telah terbukti sangat bermanfaat dan telah menarik minat jutaan manusia dengan produk-produknya seperti Linux, Ubuntu, Android, OpenOffice, Mozilla Firefox, Apache, dan lain-lain. Open source ada sebagai lawan dari metode closed source yang dipegang oleh Microsoft, Apple, dan perusahaan lainnya. Metode open source ini identik dan sangatlah dekat dengan istilah gratis. Lihat saja aplikasi kita yang open source, rata-rata gratis. Sedangkan closed source, rata-rata berbayar dan sayangnya di negara kita banyak beredar aplikasi yang ilegal. Dengan open source, kita bisa membantu negara untuk mengurangi aplikasi ilegal. Dan negara Indonesia telah menganjurkan kita untuk menggunakan open source1. Minimal, hari ini kita berkenalan dahulu.

trans-aplikasi-opensource

Penerjemahan apakah yang dimaksud dengan esai ini? Ya, penerjemahan antarmuka aplikasi. Suatu jenis penerjemahan yang mungkin belum pernah terbersit di pikiran kita. Penggambarannya adalah para programer yang tadi, sudah membuat sistem besar untuk bergotong royong mengembangkan kode-kode yang sudah ada. Tujuannya, membuat aplikasi open source baru atau memperbaiki aplikasi yang sudah ada. Salah satu bagian dari keseluruhan sistem besar ini adalah penerjemahan antarmuka aplikasi. Ini juga dilakukan dengan kode-kode. Tepatnya, kode yang terdapat pada file yang berakhiran .po. Biasanya, kita menulis dokumen di Word dengan file .doc. Kini, kita akan mengenal jenis file baru yaitu .po. Jangan khawatir, sistem besar open source ini sudah dirancang sedemikian rupa agar terbagi-bagi secara tepat guna. Ada sisi pengembangan aplikasi yang benar-benar butuh kemampuan pemrograman, juga ada sisi lain yang sama sekali tidak butuh kemampuan itu. Contohnya sisi kesenian (membuat wallpaper, ikon, efek suara, dll.) dan penerjemahan kita ini. File .po ini sudah dirancang agar bisa dibuka di aplikasi teks apa saja. Ia dirancang untuk kita, agar bisa langsung diterjemahkan dengan mudah. Bahkan ada aplikasi khusus untuk kita agar lebih mudah menerjemahkannya. Gratis semua pula. Bagaimanakah bentuknya? Bagaimana contohnya? Apa yang bisa kita lakukan? Apa yang kita bisa dapatkan? Nah, itulah bahasan esai ini berikutnya.

Mengenal Sistem Penerjemahan Open Source

trans-merekamenanti

Mereka menanti diterjemahkan

Apa yang akan diterjemahkan? Antarmuka dari suatu aplikasi. Anda sudah mengenal menu, toolbar, dialog, notifikasi, dan komponen antarmuka aplikasi lainnya, bukan? Jika sudah, semua teks berbahasa Inggris yang menjadi pengantarnya, itulah yang akan diterjemahkan. Jadi janganlah bingung melihat Firefox Anda. Kok ada yang versi Bahasa Indonesia? Menu yang tadinya berurutan File Edit View History... menjadi Berkas Sunting Tampilan Riwayat… Kemudian, jika Anda buka menu-menunya, Anda akan melihat semuanya berbahasa Indonesia. Siapakah yang menerjemahkannya sehingga kita dapat memahaminya? Tentunya semua orang yang ikut serta dalam proyek penerjemahan Firefox[2]. Dan kini Anda akan melakukan hal yang sama. Percayalah, ini menyenangkan!

Apa yang dilakukan oleh para penerjemah? Kok bisa Firefox yang tadinya berbahasa Inggris menjadi berbahasa Indonesia? Di sinilah peran file .po. Setiap aplikasi yang kita terjemahkan, memiliki file .po sendiri untuk setiap bagian antarmukanya yang mau diterjemahkan. Jadi kita hanya akan melakukan terjemah pada satu file .po yang di dalamnya sudah ada kata-kata berbahasa Inggris (yang sebetulnya itulah antarmuka aplikasi kita). Dengan sistem seperti di website Launchpad, Transifex, L15N Blankon, dan lain-lain, kita bisa menerjemahkan secara online! Caranya adalah mengetik arti dari kata atau kalimat yang kita tahu ke bahasa Indonesia. Sudah disediakan kotak-kotak isian untuk kita isi dengan terjemahan. Ada ribuan bahkan jutaan baris kata-kata berbahasa Inggris yang menanti untuk diterjemahkan dari keseluruhan aplikasi yang ada. Tentu kita tak perlu menerjemahkan semuanya. Kita bisa ambil salah satu saja, dan cukup terjemahkan yang kita bisa. Sekali lagi, ini menantang dan menyenangkan! Bayangkan kalau semua siswa di Indonesia melakukannya. Siapa tahu kita bisa mengurangi kesenjangan berbahasa (bahkan buta huruf) yang ada di Indonesia. Wow.

Satu hal lagi, penerjemahan bisa dilakukan secara offline. Ini cocok untuk kita yang belum memiliki koneksi internet. File .po bisa diambil dari sumbernya, lalu dibuka di aplikasi seperti Poedit di komputer kita, lalu kita terjemahkan apa yang ada di situ secara offline. Jika ingin berpartisipasi dalam proyek, kelak kita bisa mengirimkan file itu kembali ke tempat kita mengunduhnya. Mudah sekali, bukan?

Mengenal Markas Besar Terjemahan

trans-launchpad

Launchpad. Kini saatnya mengenal tempat kita menerjemahkan. Kunjungilah http://translations.launchpad.net dan bookmark-lah. Anda akan menemukan tampilan web seperti gambar berikut. Mirip Google, bukan?

Ada 3 besar kumpulan opsi dalam penerjemahan. Yaitu sistem operasi, proyek yang bisa diterjemahkan, dan pilihan bahasa. Apa maksudnya? Translatable operating system maksudnya daftar sistem operasi yang bisa kita terjemahkan, contohnya Ubuntu 11.04 yang namanya Natty Narwhal. Translatable projects maksudnya pilihan aplikasi yang menanti kita untuk diterjemahkan. Terakhir, Your preferred languages adalah pilihan bahasa tujuan terjemah. Tunggu, muncul pertanyaan. Misalnya, mengapa hanya ada sistem operasi Ubuntu? Mengapa tidak ada sistem operasi Fedora atau yang lainnya di sini? Ya, karena Launchpad adalah milik Ubuntu dan sistem terjemahan ini ada di dalam Launchpad. Lalu, mengapa ada pilihan Bahasa Aceh? Ya, karena sistem terjemahan open source itu menginginkan aplikasi supaya bisa dinikmati semua orang dalam bahasa mereka masing-masing. Maka dibuka terjemahan ke bahasa-bahasa daerah. Termasuk Aceh dan Jawa. Menarik sekali, bukan? Terbuka lahan kerja yang besar untuk kita. Tentu kita harus register dulu agar bisa menerjemahkan di dalam Launchpad ini, juga di markas lainnya.

trans-transifex

Fedora di Transifex

trans-transifex-2

Siap membuka salah satu .po secara online

Transifex. Silakan kunjungi http://transifex.com. Transifex adalah web yang meng-host (menyediakan ruang) proyek-proyek open source di seluruh dunia baik itu sistem operasi maupun aplikasi biasa, agar diterjemahkan. Jadi, kita tidak menerjemahkan Fedora dan lain-lain di Launchpad. Namun kita bisa melakukannya di Transifex. Di sini terdapat ribuan proyek yang menanti untuk diterjemahkan. Kita bisa melakukan terjemahan online di sini dengan sangat mudah. Tampilan webnya pun sangat keren. Menantang sekali!

trans-blankon

Markas penerjamahan anak bangsa

Blankon I15N. Bisa kita katakan Transifex-nya orang Indonesia. Kunjungilah http://i15n.blankonlinux.or.id. Inilah sistem besar rakitan orang Indonesia yang dibuka untuk kita. Kita bisa membantu pengembangan sistem operasi buatan negeri sendiri di sini. Tentu dengan menerjemahkan. Keren, bukan? Dan pastinya menambah kemampuan Bahasa Inggris kita.

Contoh Menerjemahkan Online

Sekarang kita lihat bagaimana bentuk penerjemahan ini. Saya ambilkan contoh di Launchpad Translations dengan target aplikasi Shutter. Shutter adalah aplikasi pengambil gambar layar (screenshot) di Linux. Mari kita lihat.

trans-shutter-online

Pada gambar di atas, tampak beberapa bagian yang saya tandai merah. Itu adalah yang perlu diperhatikan. Di bagian atas, ada tautan Download Translation dan Upload Translation yang gunanya untuk file .po. Ini akan berguna untuk kita yang menerjemahkan offline. Pas di bawahnya, ada pilihan combo. Anda harus memilih untranslated items. Sedangkan tanda nomor 1 itu yang harus kita terjemahkan. Nomor 2 adalah tempat kita mengetikkan terjemahan. Ini yang terpenting. Nomor 3 itu pilihan untuk meminta tim meninjau terjemahan kita. Selebihnya, tak usah diperhatikan. Nanti Anda akan belajar.

Perhatikan bahwa kita bisa langsung belajar. Lihat, yang harus diterjemahkan saja dibedakan antara singular dan plural. Ini akan membantu kita mengingat bentuk-bentuk plural dalam Bahasa Inggris.

Setelah kita mengetikkan terjemahan sebisanya dalam satu halaman, kalau mau lanjut, klik tautan Next. Ada di atas dan di bawah halaman. Di sini tidak ada Save karena semua ketikan kita otomatis tersimpan. Menarik, bukan?

Contoh Menerjemahkan Offline

Anda pernah membayangkan yang begini? Cobalah instal aplikasi Poedit atau Virtaal di sistem Anda. Kalau Anda menggunakan Linux akan lebih mudah. Bisa memang membuka .po di Notepad tetapi akan lebih nyaman di aplikasi khusus .po. Saya lebih merekomendasikan Virtaal karena lebih ramah pengguna daripada Poedit. Ini contohnya.

trans-shutter-offline

Virtaal

Pada gambar di atas, tampak Virtaal membuka .po untuk Shutter Plugins. Ada 2 hal saja yang penting. Tanda nomor 1 untuk mengetik terjemahan dan tanda nomor 2 menunjukkan penanda. Nomor 2 ini akan bertuliskan untranslated kalau belum ada isinya, dan translated kalau sudah ada isinya. Yang lainnya jangan diperhatikan dulu.

Dari sini kita bisa pelajari kalau satu aplikasi saja bisa memiliki lebih dari 1 .po. Contohnya aplikasi Shutter ini. Mengapa? Karena selain fungsi utamanya mengambil skrinsot, ia memiliki plugins untuk menambahkan efek. Sehingga selain aplikasi utama, plugins-nya juga perlu diterjemahkan. Menarik, bukan?

trans-shutter-offline-2

Poedit

Selain Virtaal, kita masih punya Poedit untuk menyunting .po. Antara dia dengan Virtaal terdapat perbedaan fitur meski gunanya sama saja. Poedit lebih terkenal di kalangan translator daripada Virtaal. Akan tetapi Virtaal memiliki antarmuka yang lebih ramah pengguna. Terserah selera kita, hanya saja saya lebih suka Virtaal. Ini menunjukkan banyaknya solusi di kalangan open source.

trans-shutter-offline-3

Gtranslator

Bahkan selain Poedit, masih ada Gtranslator. Masing-masing memiliki kelebihan tersendiri yang sangat mendukung penerjemahan. Tanda nomor 1 itu untuk mengetikkan terjemahan. Ajaibnya, semua aplikasi ini sudah ada di repositori Ubuntu. Semua sudah tersedia. Cukup pilih dan instal sendiri.

trans-shutter-offline-4

Edit manual

Dan selain itu, kita masih bisa membuka .po di editor teks semacam Gedit. Bisa juga di Notepad dan lain-lain. Kita mengisikan terjemahan pada “” setelah msgstr. Yang diterjemahkan adalah kalimat Inggris setelah msgid. Kelihatannya rumit, tetapi bagi yang lebih suka akan menyenangkan.

Konsep Mengajarnya?

Inilah yang ingin saya tawarkan. Di sisi tenaga ajar Bahasa Inggris, kita bisa memberikan tugas translating untuk peserta didik. Bisa saja tanpa submit ke markas, cukup diterjemahkan lokal dan .po-nya di-submit ke guru untuk dinilai. Bukankah ini cukup menarik?

Atau lebih luas (baca: menantang) lagi dengan skenario sebagai berikut. Kita guru Bahasa Inggris yang ingin peserta didik mengenal bahkan menggunakan open source software. Kita ingin membantu negara menghemat devisa dengannya. Maka kita mendorong peserta didik untuk mencoba Linux, dan mengenalkan open source. Di samping itu, demi sampainya tujuan mengajar Bahasa Inggris kita (atau minimal menjadikan mereka suka Bahasa Inggris), adalah dengan mengenalkan sistem penerjemahan ini sebagai tugas mingguan. Mereka dibebaskan untuk memilih aplikasi apa yang ingin diterjemahkan. Lalu, pada saat rilis, pengajar bisa membagikan nilai mereka sekaligus melihat nama-nama mereka dicantumkan di setiap aplikasi yang diterjemahkan. Tentunya kepedulian akan teknologi dibutuhkan untuk ini.

Sekali lagi, ini hanyalah tawaran. Sifatnya alternatif. Semua terserah pengajar.

Belajar Mandiri, Bagaimana?

Tidak saya batasi untuk pengajar saja tulisan ini, melainkan juga untuk siapa saja yang ingin belajar Bahasa Inggris secara mandiri. Siapa pun yang melakukan ini, pasti tergerak untuk membuka kamus. Minimal, dia akan penasaran bagaimana suatu string diterjemahkan. Dan uniknya, dia akan sadar betapa banyak kata dalam Bahasa Indonesia yang tidak dia tahu. Betapa banyak solusi dari Bahasa Indonesia sendiri untuk menerjemahkan kalimat-kalimat sulit dari Bahasa Inggris. Dari sinilah saya menyatakan target tulisan ini termasuk guru Bahasa Indonesia. Serta poin ke-4 yakni mereka yang sangat antusias dalam Bahasa Indonesia meskipun tidak mengajar.

Apa yang bisa kita ambil? Banyak juga. Di antaranya kita akan mengenal Panduan Pengindonesiaan Istilah Perkomputeran2. Contoh mudahnya adalah prinsip menyerap per kata3 dalam Bahasa Indonesia. Kata ‘file’ diterjemahkan menjadi ‘berkas’ dalam Bahasa Indonesia dan lain-lain. Yang pasti, kosakata kita dalam kedua bahasa akan bertambah. Ini keuntungan besar. Bisa jadi modal untuk lebih lanjut belajar.

Hal lainnya adalah, kita akan mengerti bahwa ada manfaat besar yang bisa diambil dari open source. Dari terjemahan saja bisa bercabang menjadi banyak. Lalu bagaimana keseluruhan open source itu sendiri? Kita tak mungkin membayangkannya. Pokoknya bisa dimanfaatkan untuk bangsa kita. Menarik, bukan?

Kendala-Kendala

Ini pasti ada. Dan saya hanya menyebutnya untuk kita perbaiki bersama.

  1. Sedikitnya kepedulian terhadap open source. Dampaknya adalah kita akan merasa asing (misal: ini apaan, sih?) terhadap sistem ini. Terutama akan sangat tampak di target aplikasi yang mau diterjemahkan. Kalau kita sendiri tidak kenal, akan susah untuk melakukannya. Namun kalau Anda berani, Anda patut diacungi jempol. Solusi: mengenalkan dahulu aplikasi open source dan penggunaan Linux kepada pengajar dan peserta didik.
  1. Adanya kecenderungan untuk tidak berani mencoba. Biasanya ini terjadi pada teman-teman yang belum banyak interaksi dengan komputer. Dan kecenderungannya secara umum adalah takut salah (menerjemahkan). Namun kalau sampai berani, dia patut diacungi jempol. Solusi: terjemahkan saja secara offline dan hasilnya tidak usah diunggah kembali. Cukup dibaca sendiri saja. Solusi 2: unggah saja dan biarkan pemimpin proyek mengoreksi kerjaan kita. Tambahan pengetahuan lagi bahwa memang di dunia open source translation itu ada pemimpin proyeknya yang tugasnya menangani kesalahan-kesalahan yang muncul. Biasanya didiskusikan dulu dengan tim lalu dikoreksi mana yang salah. Jadi, takut salah menjadi hal yang kurang relevan.
  2. Ada sistem ajar yang belum didukung komputer. Ini suatu hal yang masih banyak kita temukan di negeri kita. Kalau masalahnya seperti ini, kita tetap bisa mencari solusi lain untuk konsep ajar yang baru.
  3. Merepotkan penilaian. Bisa jadi. Tentu karena ini hal yang belum populer di Indonesia dan butuh pembiasaan untuk melakukannya. Solusi: membuat sistem penilaian baru atau membiasakan diri dengan open source.
  4. Dan lain-lain.

Manfaat

Tentu ada sejumlah manfaat sampingan yang bisa diambil. Apa saja?

  1. Ikut berkontribusi membantu penerjemahan open source di seluruh dunia.
  2. Masyarakat bisa menikmati aplikasi dalam bahasanya masing-masing.
  3. Mengenal open source.
  4. Mendayagunakan kemampuan open source yang terpendam.
  5. Mendapatkan teman-teman baru dalam bidang bahasa (sesama penerjemah).

Hanya Itu?

Tentunya proyek open source itu sangat beragam. Bukan hanya antarmuka aplikasi yang bisa diterjemahkan, tetapi juga dokumentasi dan web untuk aplikasi yang bersangkutan. Apa itu dokumentasi? Dokumentasi adalah kumpulan tulisan yang menjelaskan mengenai suatu aplikasi. Entah itu deskripsi aplikasi, cara menggunakan, cara instalasi, penjelasan teknis, help, dan sebagainya. Biasanya dokumentasi untuk satu aplikasi kecil saja bisa beratus-ratus halaman. Ditambah lagi website untuk si aplikasi, itu bisa kita terjemahkan ke Bahasa Indonesia laman-lamannya. Padahal itu juga bisa berpuluh-puluh laman. Lalu bagaimana dengan keseluruhan proyek besar ini? Tentunya sangat banyak lahan yang bisa kita kerjakan. Artinya, tak perlu takut kehabisan :)

Penutup

Apa yang saya tuliskan di atas adalah pengalaman yang saya rasa saat menerjemahkan. Saya harap ini dapat menambah khazanah kita akan open source. Tentunya keputusan final berada pada masing-masing pihak. Akhirnya, selamat mengenal open source!

___________________________

2 http://id.wikisource.org/wiki/Panduan_Pembakuan_Istilah,_Pelaksanaan_Instruksi_Presiden_Nomor_2_Tahun_2001_Tentang_Penggunaan_Komputer_Dengan_Aplikasi_Komputer_Berbahasa_Indonesia

3 Contohnya, activities tidak menjadi aktifitas melainkan aktivitas. Karena penerjemahan dilakukan per kata, bukannya dari kata aktif (asalnya dari active) lalu ditambahi sendiri dengan -itas. Akhirnya, yang baku adalah aktivitas bukan aktifitas.

6 thoughts on “Open Source Translation – Konsep Mengajar Bahasa yang Baru

    1. Ade Malsasa Akbar Penulis Tulisan

      Alhamdulillah, saya bersyukur bahwasanya Allah tidak menjadikan semua manusia menolak ide saya. Semoga Allah menjaga saya.

      Sebenarnya semua orang yang pengalaman menerjemahkan, punya kesempatan menulis ini. Hanya saja, kebetulan, kebetulan saya duluan. Jadi, kekaguman dan salutnya akang itu layaknya diberikan kepada mereka yang mendahului saya. Barakallahu fiikum.

      Saya senang kalau bisa disebar. Saya izinkan, tentu saja :) Terima kasih, Kang.

      Hikmahnya, masih banyak jalur promosi yang mayoritas manusia tak menyadarinya.

      Balas
  1. arhsa

    Bagian atas menunjukan wawasan dan perhatian penulis terhadap Linux dan Open Source.
    Bagian bawah menunjukan ide kreatif dan solusi nyata dari penulis.
    Inilah yang saya suka dari Anda, ide kreatif, solusi nyata, membuat pembaca tergelitik.
    Jujur, saya tertantang ingin ikut menerjemahkan Ubuntu/Sabily ke Bahasa Sunda, bukan untuk menciptakan distro berbau Sunda tapi untuk dokumentasi Bahasa Sunda. Sekarang, sedang ribut kurikulum baru yang -ditakutkan- akan memarginalkan (apakah ini bahasa baku? he…) Bahasa Daerah.

    Tapi, saya kurang puas/menikmati dengan halsil terjemahan istilah komputer ke Bahasa Indonesia, kenapa tidak menggunakan kalimat-kalimat yang umum dipakai? bukankah tujuan penerjemahan untuk mempermudah pemahaman/penggunaan. Kalimat-kalimat baru membuat pengguna komputer -sederhana- seperti saya semakin bertambah bingung dengan hasil penerjemahan. Contoh: unduh, mindai, laman, unggah, dll.

    Ada seorang tokoh (saya lupa namanya) yang mengkritik bahasa baku Indonesia saat KBBI diluncurkan, isinya kurang lebih: bahwa bahasa baku terlalu dipaksakan kepada semua masyarakat oleh para akademisi. Mengapa tidak membakukan bahasa yang umum digunakan masyarakat dan menolak yang tidak baik.

    Saya setuju dengan penggunaan kaidah Bahasa Indonesia yang baik tapi kurang setuju dengan penggunaan kalimat-kalimat yang terlalu dipaksakan dalam penerjemahan istilah komputer. Saya sudah download Kamus terjemahan istilah komputer, saya apresiasi namun tidak semuanya saya terima.

    ‘Ala kulli hal, tulisan yang bagus dan sudah ada versi PDF, jazakallah khoiron.

    Balas
    1. Ade Malsasa Akbar Penulis Tulisan

      Alhamdulillah, tidak semua yang Anda katakan benar. Memangnya siapa saya, saya hanya orang yang ‘kebetulan’ menulis ini. Jadi, wawasan saya sebetulnya tidak lebih banyak daripada Anda sendiri dan teman-teman di komunitas. Saya hanya ‘kebetulan’ lebih dulu menulis. Insya Allah demikian.

      Saudaraku, tidak hanya Anda yang merasa demikian. Saya pun merasa ogah dengan kata unduh dan unggah. Pernah malah saya cantumkan di satu laman tersendiri saat malsasa.tk masih hidup. Penolakan bahasa baru dalam 1 halaman khusus. Sekarang, alhamdulillah saya sudah legawa. Saya menerimanya walaupun aneh. Sama seperti penerimaan saya terhadap Linux yang sudah 100% beda dengan Windows yang biasa saya pakai.

      Namun dari sisi masyarakat, tentu saya setuju dengan Anda. Memang tujuan penerjemahan hanya agar lebih mudah dimengerti. Saya ada ide untuk TIDAK MENERJEMAHKAN beberapa istilah khusus yang sudah haknya Bahasa Inggris semisal ‘device’, walaupun kata ‘kandar’ sudah telanjur saya maklumi. Memang ada yang diterjemahkan, tetapi untuk yang sudah pakem bagi Bahasa Inggris jangan. Ini sekadar ide saya, dan sudah saya lakukan di Launchpad. Alhamdulillah.

      Alhamdulillah, saya bergembira bisa melihat sendiri ada orang yang perhatian dengan bahasa sepertimu. Terima kasih. Barakallahu fiikum, yaa Akhii…

      Balas

Tinggalkan Balasan ke Arif Batalkan balasan